"Ternyata sekitar jam 5 lewat itu, abang saya ngabarin bahwa adik saya ada di dalam situ (SJ-182), udah nggak ada. Kok nggak ada gitu? Itu ada di dalam Sriwijaya yang jatuh. Kabar itu dapat dari suaminya," kata Irfan sambil menahan tangis.
Gantikan Teman
Irfan menceritakan, adiknya Isti sudah menjadi pramugari sejak lulus sekolah sekira usia 18-19 tahun.
Kini, Isti sudah berusia 35 tahun dan sudah menjadi pramugari senior di Sriwijaya Air.
Baca Juga:Sebelum Terbangkan Sriwijaya Air SJ 182, Capt Afwan Minta Maaf pada Istri
Tetapi, saat insiden itu, Isti berstatus sebagai pramugari Nam Air yang diketahui masih satu manajemen dengan Sriwijaya Air.
Saat itu, Isti bertugas untuk menggantikan temannya dari Pontianak-Jakarta, tapi dia menumpang di Sriwijaya Air 182 Jakarta-Pontianak dan duduk di bangku penumpang.
"Info dari suaminya yang dari kemarin sore di Bandara (Soekarno-Hatta), Isti menggantikan shift temannya, ada di bangku penumpang, bukan kru. Dia penerbangan Pontianak-Jakarta. Tapi dia naik pesawat Sriwijaya Air Jakarta-Pontianak dulu," papar Irfan.
Irfan mengaku, terakhir berkomunikasi dengan adiknya itu pada Idul Adha sekira Juli 2020 lalu.
Menurutnya, malam sebelum tragedi Sriwijaya Air terjadi, Isti sempat memberi kabar dengan video call kepada ibunya, Jumat (8/1/2021).
Baca Juga:Jadi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air, Chef Aiko Kenang Jasa Syifa Mila
"Terakhir kontak ibu saya itu malemnya, Jumat malem. Adik saya sempat video call, nelpon istri saya juga, tapi nggak sempet diangkat karena lagi tidur," ungkapnya.