SuaraJakarta.id - Cuaca panas nan terik dan debu jalanan kini telah menjadi makanan sehari-hari bagi Meitry Nurfazrina. Kondisi ini berbanding terbalik dahulunya saat ia masih menjadi pramugari di maskapai plat merah.
Pandemi Covid-19 membuat perempuan yang kini berusia 24 tahun tersebut harus menelan pil pahit. Kontraknya tak lagi diperpanjang.
Meski tak lagi menjadi pramugari, Meitry tak mau larut dalam kesedihan. Ia membanting setir menjadi penjual lontong sayur berkolaborasi dengan rekannya yang juga mantan pramugari.
Sosoknya yang cantik sebagai mantan pramugari yang kini jualan lontong sayur sempat menjadi buah bibir di media sosial (medsos).
Baca Juga:Jadwal Buka Puasa Kabupaten Tangerang Minggu 18 April 2021
SuaraJakarta.id berkesempatan menyambangi tempat Meitry berjualan lontong sayur. Lokasinya berada di Jalan Raya Kutabumi Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang.
Saat disambangi, terlihat lapak yang bertuliskan Lontong Sayur Ku. Ketika itu Meitry dengan partner jualannya sedang melayani para konsumen.
Meitry menceritakan awal mulanya beralih profesi dari pramugari jadi penjual lontong sayur. Di samping terdampak pandemi, ia mengatakan darah bisnis mengalir dalam tubuhnya.
"Papa dan ibu pebisnis. Mungkin ada darah juga disitu. Sebelumnya juga, pas belum jadi pramugari, suka jualan, karena jualan itu sudah jadi fashion," ujar Meitry saat ditemui di lokasi, Sabtu (17/4/2021).
Meitry mengaku mendapat banyak hikmah meski tak lagi menjadi pramugari. Kini ia bisa lebih banyak memiliki waktu bersama keluarga.
Baca Juga:Penampakan Lontong di Gerobak Penjual Ini Bikin Syok, Publik: Ya Allah!
"Kalau pramugari kan, enggak punya waktu, jarang ketemu keluarga. Kalau jualan lontong ini jadi banyak diem di rumah, lebih sering ketemu keluarga," Kata Meitry sambil tersenyum.
Meitry mengatakan tidak merasa malu dengan profesinya saat ini. Bahkan meski harus panas-panasan dan berbanding terbalik ketika menjadi pramugari.
"Gak masalah sih panas-panasan. Itu risiko sesuai profesi yang sekarang. Mau enggak mau harus turun langsung," ucapnya.
Jelang adzan Maghrib, Meitry kedatangan pembeli ibu-ibu yang berasal dari Kutabumi menggunakan sepeda motor. Mereka membeli 3 bungkus dengan harga per porsinya 10 ribu.
Meitry mengaku omzet penjualan lontong sayurnya selama sebulan bisa mencapai Rp 50 juta.
"Sehari itu kita bisa menghabiskan 300 (porsi) lontong sayur. Sebelum bulan puasa bisa lebih, kalau dihitung sebulan omzet nya bisa Rp 50 juta," katanya.
Di bulan puasa ini, pendapatannya menurun hingga 30 persen. Sebab karena jam buka lapaknya lebih sedikit dibandingkan sebelum Ramadhan.
"Kalau di bulan puasa ini, dari pukul 16.00 WIB-23.00 WIB. Kalau sebelum bulan puasa jam 06.00 WIB- 11.00 WIB, (terus) pukul 16.00 WIB-23.00 WiB," ucapnya.
"Kalau hari biasa bisa 300 (lontong sayur). Paling kalau bulan puasa sekitar 200 sampai 250-an," sambungnya.
Kepada SuaraJakarta.id, Meitry pun tak canggung membocorkan resep lontong sayur buatannya.
Bahan-bahan yang digunakan yakni santen lontong sayur, kacang, terus kuah Kari, bawang goreng. Ada varian dengan toping telur, ayam dan gorengan.
Meitry mengatakan resep lontong sayur buatannya ini merupakan warisan turun-temurun dari neneknya yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Lalu urun ke orang tuanya hingga akhirnya diajarkan kepada dirinya.
"Setiap Lebaran itu kita kumpul di rumah nenek dan selalu dimasakin (lontong sayur) buat Lebaran," imbuhnya.
"Ini kayak resep turun-temurun. Sebelum nenek wafat, mama sudah dikasih resepnya. Jadi saya tahu dari mama menurunkan lagi resepnya ke saya," sambungnya.
Di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, Meitry berencana membagikan takjil gratis. Namun belum tahu kapan akan dilaksanakan.
"Iya ada rencana (bagikan takjil) tapi belum tahu di hari apa yang pas. Sebelum bulan puasa, kita sering lakukan Jumat Berkah," tutupnya.
Kontributor : Muhammad Jehan Nurhakim