Mengenal Tasawuf Underground, Pesantrennya Anak Punk Jalanan di Tangsel

Dalam membina anak punk jalanan, Tasawuf Underground menerapkan konsep "Peta Jalan Pulang"

Rizki Nurmansyah
Kamis, 22 April 2021 | 08:05 WIB
Mengenal Tasawuf Underground, Pesantrennya Anak Punk Jalanan di Tangsel
Sejumlah anak punk jalanan mengikuti pengajian di Pesantren Tasawuf Underground di Ruko Cimanggis Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

SuaraJakarta.id - Sebagai kaum marginal, anak punk jalanan lengket dengan stigma negatif di sendi kehidupan sosial. Tak jarang, keberadaan mereka malah dianggap meresahkan.

Di Kota Tangerang Selatan, citra mereka sedang berusaha diperbaiki. Lewat Pesantren Tasawuf Underground, para kaum marginal itu dibimbing kembali pada 'peta jalan pulang'.

Tak hanya agar diterima di lingkungan keluarga dan sosial, tapi juga bertakwa.

Pesantren Tasawuf Undeground dibentuk Ustaz Halim Ambiya, mantan editor di salah satu penerbit nasional.

Baca Juga:Kisah Majelis Preman Tangerang, Bantu Anak Jalanan Hijrah dan Mengenal Adab

Ustaz Halim bercerita, dibentuknya pesantren untuk anak punk jalanan itu berawal dari program kajian di media sosial 9 tahun lalu atau tahun 2012.

Saat itu yang mengikuti kajiannya adalah profesional muda dan pegawai kantoran.

Hal itu ternyata membuatnya jenuh karena tidak menantang. Alhasil, ustaz berusia 46 tahun itu memutuskan untuk merangkul anak jalanan.

"Awalnya saya pikir, karena dakwah kita di medsos, lalu ada kegiatan off air-nya. Tapi jamaah seperti halnya orang kantoran, bagi saya tidak menantang. Akhirnya 5 tahun lalu, merambah merangkul anak punk sebagai sahabat, ternyata mudah," kata Halim saat ditemui SuaraJakarta.id di pesantrennya.

Pesantren Tasawuf Underground berada di sebuah ruko berwarana oranye di Kompleks Ruko Pasar Cimanggis, Ciputat, Kota Tangsel.

Baca Juga:Purna Tugas Jadi Wali Kota Tangsel, Airin: Plong, Lega

Di ruko tiga lantai itu, ada puluhan anak punk jalanan yang 'mondok'. Mereka, tinggal sekaligus ngaji di sana seolah berada di pondok pesantren.

"Kedatangan kita sebagai sahabat memudahkan mereka. Ide awal pengen ngaji, itu keluar dari mulut mereka. Bukan dari mulut saya. Mereka datang, pengen ngaji, itu kesungguhan luar biasa," ungkapnya.

Saat membimbing anak punk jalanan mengaji, Ustaz Halim mengaku tak menemukan kesulitan. Justru dalam mengaji, mereka cukup tanggap belajar membaca Al-Quran.

"Saya tidak melihat kesusahan untuk mengajar mereka, dua minggu bisa baca Al-Quran. Mereka kan musisi jalanan, jadi ketika diajarkan iqro skripnya seperti apa, hurufnya seperti apa, mudah. Lebih rumit not balok menurut mereka. Paling susah itu rata-rata sampai 6 bulan. Faktanya yang baru 2 bulan bisa baca Quran, banyaak," papar Halim.

Imam Tarawih

Halim menuturkan, ada 26 anak punk jalanan yang 'mondok' di Pesantren Tasawuf Underground-nya itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini