SuaraJakarta.id - Sebuah ritual mengusir pandemi Covid-19 berujung pembubaran karena justru menimbulkan kerumunan. Ritual tersebut berupa pagelaran wayang kulit, yang didatangi ratusan penonton.
Acara di Balai Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul, Minggu (22/8/2021) malam, ini pun langsung dibubarkan puluhan petugas gabungan dari Satpol PP, Polres, dan TNI.
Pada pukul 22.00 WIB, atau sekitar setengah jam sejak acara dimulai, pagelaran wayang kulit tersebut dipaksa berhenti dan masyarakat yang menonton dibubarkan. Sebab, selain karena masih masa PPKM, lokasi acara dipenuhi ratusan penonton dan banyak pedagang.
Kepala Bidang Penegakkan Perda Satuan Polisi Pamong Praja Gunungkidul Sugito mengatakan, pihaknya, Minggu petang, mendapatkan laporan bahwa ada pagelaran wayang kulit di Balai Kalurahan Ngleri. Mendapati laporan, ia bersama tim penegakan hukum kemudian mendatangi balai kalurahan.
Baca Juga:6 Menteri Jokowi Ini Disebut Layak Di-reshuffle, Pengamat Beberkan Alasannya
Ia kemudian melakukan dialog dengan penyelenggara pagelaran wayang kulit. Berdasarkan keterangan penyelenggara, pagelaran ini ditujukkan untuk ruwatan agar pandemi segera berakhir.
"Tapi masalahnya menimbulkan kerumunan, kami kemudian melakukan dialog dan meminta panitia menyudahi pagelaran wayang," ujar Sugito.
Pendamping Penyelenggara, Muhammad Hatta, mengklaim bahwa kegiatan ini sudah mengantongi rekomendasi dari panewu anom (sekretaris kecamatan) secara lisan, dengan catatan tidak melanggar protokol kesehatan.

Pihak penyelenggara sendiri nekat melakukan pementasan wayang kulit tersebut karena menganggapnya sebagai ritual mengusir pandemi Covid-19, terlihat dari lakon yang dipilih oleh penyelenggara.
"Kami pilih lakon Wahyu Purbo Sejati yang ceritanya berisi tentang pagebluk (pandemi)," ujar dia.
Baca Juga:Klaim Kenal Baik Jokowi, Tokoh Masyarakat Ini Nekat Gelar Pentas Wayang Kulit di Masa PPKM
Pihaknya memang bersikeras untuk melakukan pementasan karena sudah tertunda tiga kali. Dua di antaranya pada malam pergantian tahun baru Islam dan 17 Agustus-an.
"Kemudian Sabtu kemarin juga gagal," tambahnya.
Penyelenggara mengaku, sebetulnya hanya ingin agar corona segera hilang dari bangsa ini. Mereka tidak menyangka jika pentas wayang kulit tersebut dihadiri penonton cukup banyak karena sama sekali tidak pernah menyebarkan undangan kepada masyarakat.
Hatta menambahkan, Sabariman, penyelenggara pentas seni wayang kulit ini, sejatinya adalah tokoh masyarakat dan sesepuh bangsa ini karena ia adalah pelaku sejarah yang turut menghantarkan kemerdekaan; Sabariman adalah asisten pribadi Soekarno sebelum proklamasi dikumandangkan.
"Beliau adalah aspri Bung Karno. Pak Jokowi sangat mengenal beliau," ungkapnya berulang-ulang.
Di sisi lain, Lurah Ngleri Supardal mengatakan, pihaknya tidak tahu menahu terkait penyelenggaraan pentas wayang kulit tersebut karena pihak kelurahan hanya dijadikan sebagai lokasi yang disewa untuk pagelaran wayang ini.
- 1
- 2