SuaraJakarta.id - Wiyanto Halim, kakek 89 tahun yang meninggal akibat dikeroyok sekelompok orang di Cakung, Jakarta Timur, karena dituduh maling, mengalami sejumlah luka di sekujur tubuh. Luka paling parah berada di bagian kepala.
"Jumlah luka paling banyak di kepala, (akibat) benda tumpul. Kalau benda agak tajam mungkin daerah tangannya agak ditusuk gitu," kata Davey Oktavianus Patty, kuasa hukum keluarga Wiyanto Halim, dalam konferensi pers di Pluit, Jakarta Utara, Senin (24/1/2022).
Kendati begitu, kata Davey, pihak keluarga masih menunggu hasil visum resmi terkait kematian Wiyanto Halim dari pihak kepolisian.
"Kalau visum itu, hasil visum kemarin (Minggu, 23/1/2022) jam 3 sudah selesai. Tapi semua kan diserahkan ke penyidik ya sekitar tiga sampai empat hari lagi kami ketemu penyidik untuk membahasa hasil visum tersebut," kata Davey.
Baca Juga:Kasus Kakek Dikeroyok Dituduh Maling di Cakung: Wiyanto Halim Pergi Tanpa Izin, Pulang Tanpa Nyawa
Kekinian jenazah Wiyanto Halim disemayamkan di Rumah Duka Grand Heaven, Pluit Jakarta Utara. Rencananya pada Selasa (25/1/2022) besok akan dikremasi pada pukul 12.00 WIB. Kemudian abunya dilarung ke Pantai Ancol pukul 15.00 WIB.
Diberitakan sebelumnya, pihak keluarga menilai terdapat kejanggalan terkait kematian Wiyanto Halim. Hal itu disampaikan Freddy Yoannes Party yang juga kuasa hukum keluarga korban.
"Ini buat kami bukan sekadar pengeroyokan biasa, ini pasti ada dalangnya, ada pihak-pihak yang menghendaki hal ini terjadi, ini keyakinan keluarga," kata Freddy.
Freddy mengungkapkan, korban memang terlibat sengketa tanah di daerah Tangerang, Banten, sejak tahun 1978, yang hingga saat ini masih berproses di pengadilan.
Baca Juga:Pesan Wiyanto Halim Sebelum Kematian: Kalau Saya Mati Jangan Ada yang Nangis, Kalau Bisa Pesta
"Secara pribadi beliau tidak punya musuh siapapun. Tapi sejak tahun 1978 sampai hari ini beliau punya tanah di Tangerang dan sampai hari ini masih proses persidangan. (Selama) 33 tahun beliau memperjuangkan hak atas tanahnya sampai hari ini belum pernah selesai," ungkap Freddy.
Kendati demikian, Freddy menegaskan pihak keluarga tidak ingin membuat asumsi yang terlalu jauh ataupun menuding pihak lain.
Kemudian, dari rangkaian saat korban dikejar dari kawasan Tebet, Jakarta Selatan hingga Pulo Gadung, Jakarta Timur, keluarga menduga telah dirancang sedemikian rupa. Video saat korban dikejar oleh sekelompok orang telah viral di media sosial.
"Kalau kami memperhatikan itu bukan hanya teriak memprovokasi, tapi motornya itu mengarahkan supaya mobil dari almarhum ini berjalan ke arah yang dia kehendaki, sepertinya ini sengaja digiring ke tempat tersebut kalau kita lihat videonya," ujar Freddy.
Guna membuktikan kejanggalan kematian Wiyanto Halim, Freddy mengklaim telah memiliki seorang saksi yang mengetahui kejadian tersebut.
"Kami punya beberapa saksi yang bisa menceritakan hal tersebut. Saksi ini belum kami sampaikan ke polisi," ujar Freddy.
Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur, AKBP Ahsanul Muqaffi mengatakan, korban bukan seorang maling.
"Bukan pencurian, jadi informasi dari Tebet atau Pulo Gadung dia bawa mobil ngebut diteriaki maling hingga dikejar," kata Ahsanul, Minggu (23/1/2022) kemarin.
Ahsanul mengungkapkan, akibat dari penyebutan maling kepada pengendara mobil itu, menimbulkan massa lain yang ikut mengejar. Sampai akhirnya saat tiba di kawasan JIEP korban dianiaya sekelompok orang hingga akhirnya meninggal dunia.
"(Meninggal) di TKP karena dipukul massa karena dikira maling," kata Ahsanul.