Kisah Salah Arah Kiblat dan Karomah Syekh Nawawi al-Bantani di Masjid Jami An Nawier Pekojan

Masjid Jami An Nawier menjadi salah satu masjid tertua di daerah Pekojan. Dibangun tahun 1760, bangunan masjid sempat dipugar sekitar 1850-an.

Chandra Iswinarno
Senin, 11 April 2022 | 02:55 WIB
Kisah Salah Arah Kiblat dan Karomah Syekh Nawawi al-Bantani di Masjid Jami An Nawier Pekojan
Bagian dalam Masjid Jami An Nawier Pekojan dengan lampu minyak yang tergantung di langit-langit menjadikannya bernuansa klasik. [Suara.com/Faqih Faturrachman]

SuaraJakarta.id - Menyusuri pinggiran Kali Angke di Kawasan Pekojan rasanya kurang puas jika tidak menyinggahis sebuah masjid klasik yang berdiri kokoh di bagian Barat Jakarta tersebut. Masjid yang berdiri sejak zaman Kolonialisme Belanda ini lazim dikenal dengan nama Masjid Jami An Nawier.

Gaya arsitektur masjid yang satu ini memang cukup unik, lantaran bangunannya yang bercitarasa neo klasik bercampur Timur Tengah, sangat terasa saat memasuki area masjid tersebut.

Tak hanya itu, tiang penyangga yang menjulang tinggi serta ornamen jendela lebar dengan mudah dapat terlihat saat kita hendak masuk ke dalam bagian bangunan.

Baca Juga:Dinanti Saat Ramadhan, Bubur India Masjid Pekojan Semarang Dibagikan Gratis Saat Buka Puasa

Berdiri sejak tahun 1760 Masehi ini, Masjid Jami An Nawier memiliki lantai yang terbuat dari marmer, khas bangunan eropa pada zamannya. Sementara langit-langit masjid terbuat dari kayu jati kualitas terbaik.

Ketua Pengurus Masjid An Nawier Dikky Abu Bakar Bassandid mengatakan, saat kali pertama berdiri Masjid An Nawier tidak semegah seperti saat ini. Awalnya masjid tersebut berdiri di atas lahan seluas 500 meter persegi.

Namun sekitar tahun 1850, masjid tersebut direnovasi rotal. Luas wilayah masjid dikembangkan di atas tanah 2.000 meter persegi, dengan luas bangunan masjid sebesar 1.500 meter persegi.

Gapura pintu masuk Masjid Jami An Nawier Pekojan yang unik. [Suara.com/Faqih Faturrachman]
Gapura pintu masuk Masjid Jami An Nawier Pekojan yang unik. [Suara.com/Faqih Faturrachman]

“Masjid ini dibangun pada tahun 1760 Masehi, dalam kondisi yang tidak sebesar dan seluas ini. Namun ada perluasan sekitar abad 18 memasuki abad 19, kemudian ada perluasan dari masjid ini, dengan bangunan yang hingga saat ini masih bisa kita saksikan,” ujar Dikky kepada Suara.com di Pekojan Jakarta Barat, Minggu (10/4/2022).

Sejak dipugar hingga saat ini, tidak ada satupun bangunan masjid yang mengalami perubahan. Hanya ada sedikit polesan-polesan kecil yang dilakukan oleh pengurus agar masjid terlihat cantik.

Baca Juga:Diresmikan Wapres Ma'ruf Amin, Nama Jalan Cakung-Cilincing Berganti Jadi Jalan Syech Nawawi Al-Bantani

“Bangunan dari abad 18 itu tidak ada satupun yang diubah. Namun hanya diperindah, dipercantik yaitu dengan direstorasi agar telihat tampilannya lebih baik daripada sebelumnya,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini