Bahkan, Dikky mengatakan, sejak dulu masjid ini memiliki empat lampu minyak yang tergantung di langit-langit masjid. Lampu itu hingga kini masih dapat terlihat jelas, namun lampu tersebut sudah dimodifikasi menjadi lampu listrik.
![Menara Masjid Jami An Nawier Pekojan yang masih kental dengan nuansa perpaduan Timur Tengah dan neoklasik. [Suara.com/Faqih Faturrachman]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/04/10/47889-menara-masjid-jami-an-nawier-pekojan.jpg)
“Ya memang ada empat buah lampu minyak didalam masjid ini yang masih terjaga, dan itu kita modif sekarang jadi lampu listrik. Yang memang jaman sekarang ada dibuat lampu sepeti itu dibuat untuk lampu listrik, tapi yang disini sebetulnya lampu minyak tapi kita modifikasi jadi lampu listrik,” jelasnya.
Kekeliruan Arah Kiblat
Meski begitu, saat kali pertama masjid berdiri pernah terjadi kekeliruan arah kiblat. Dikky mengemukakan, saat itu ada Ulama Betawi bernama Sayyid Usman bin Abdullah atau lebih dikenal dengan nama Habib Usman.
Baca Juga:Dinanti Saat Ramadhan, Bubur India Masjid Pekojan Semarang Dibagikan Gratis Saat Buka Puasa
Sayid Usman yang memiliki kemampuan dalam ilmu hisab dan falakiyah mengukur ke arah mana mana masjid ini akan menghadap. Tentu saja masjid dibuat menghadap arah kiblat yang merada di Makkah. Saat itu, Sayyid Usman merasa ukuran berdasarkan ilmu yang ia miliki telah tepat.
Suatu saat, Masjid Jami An Nawier kedatangan ulama yang bernama Syekh Nawawi al-Bantani. Saat masuk ke dalam masjid, Syekh Nawawi merasakan adanya kejanggalan terhadap arah kiblat masjid tersebut.
Saat itu, Syekh Nawawi memberitahukan hal tersebut kepada Sayyid Usman. Sempat ada perdebatan di antara mereka tentang arah kiblat di masjid tersebut.
“Kemudian saat itu, Syekh Nawawi mengeluarkan karomahnya di hadapan Habib Usman. Kakbah bisa telihat dari tempat ini di masjid ini. Sehingga saat itu, Habib Usman mengakui ketidaktepatan yang memang didasari oleh metode ilmu,” ungkap Dikky.
Atas dasar itu, Sayyid Usman memiringkan arah kiblat sedikit ke kanan dari sebelumnya. Sehingga arah kiblat menuju arah barat laut.
Sayyid Usman tidak membongkar bangunan masjid, melainkan hanya membuatnya agak menyerong. Miringnya shaft terlihat jelas lantaran, lantai masjid yang terbuat dari marmer berwarna putih itu memiliki garis pembatas shaf dengan warna yang kontras.