SuaraJakarta.id - Program pertanian digital dengan teknologi Screen House atau Smart Green House (SGH) yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), mulai dinikmati petani di Mojokerto, Jawa Timur.
SGH merupakan program terobosan Kementerian Pertanian untuk membangun pertanian modern. SGH juga diproyeksikan menjadi pemikat atau meningkatkan minat kaum milenial di sektor pertanian, khususnya di bidang hortikultura. Dengan adanya SGH, produksi pertanian akan meningkat dengan kualitas dan kemasan yang memiliki nilai tambah tinggihingga diharapkan mampu menembus pasar modern dan bahkan untuk ekspor.
SGH juga bagian dari upaya mendorong digitalisasi pertanian yang tujuan di hilirnya adalah meningkatkan produksi pertanian. Pada pengetrapannya, pertanian dengan SGH ini menerapkan dan memaksimalkan teknologi digital untuk pengembangan pertanian.
SGH akan menghadirkan pertanian smart farming. Nantinya petani tidak perlu lagi ke lahan pertanian untuk mengontrol tanaman. Bagaimana tidak moderen, kendali pembudidayaan tanaman pertanian bisa dilakukan melalui smartphone berbasis Android dan komputer atau laptop yang terkoneksi dengan jaringan internet.
Baca Juga:Indonesia Perlu Lakukan Reformasi Total dan Strategi Baru Atasi Masalah Beras dan Pupuk
Di dalam SGH dipasang sejumlah sensor untuk memantau suhu, penggunaan air, hingga kebutuhan cahaya ada dalam rangkian sistek. Semuanya diatur melalui sensor yang terhubung ke smartphone maupun laptop.
Berkat teknologi ini, petani dilindungi dari ancaman gagal panen akibat cuaca yang berubah-ubah. Selain itu, penggunaan pupuk dan air akan semakin terukur.
“SGH adalah suatu bangunan yang didirikan untuk bercocok tanam dengan dipantau digitalisasi. Petani dalam bercocok tanam sangat dipengaruhi musim. Dengan adanya SGH yang dibangun dari bantuan Ditjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian, sangat membantu petani di Kabupaten Mojokerto, khususnya tanaman organik. Sebab, tanaman organik ini agak khusus dalam proses penanamannya. Dengan SGH, lebih mudah menanam dan mendapatkan hasil sesuai keinginan,” kata Kepala Dinas Pertanian Mojokerto, Nurul istiqomah.
SGH menjawab tantangan di sektor pertanian dengan menghadirkan pertanian modern yang tersematkan ciri-ciri yang kental dengan penerapan teknologi dan inovasi yang disesuaikan kondisi dan kebutuhan kegiatan produktif pada sektor pertanian. Pertanian modern ini berwujud pada pengembangan dan penciptaan inovasi antisipatif yang berpandangan masa depan.
Dengan hadirnya pertanian modern melalui program SGH, diharapkan akan lahir petani-petani milenial. Sebab, saat ini profesi petani kurang diminati generasi muda karena dianggap jauh dari modern dan kurang menjanjikan.
“Dengan program SGH ini diharapkan para pemuda atau petani milenial mau terjun ke bidang pertanian karena sudah terdigitalisasi,” kata Nurul.
SGH terdiri dari bangunan yang berlabel green house yang dilengkapi sistem terdigitalisasi. Petani memanfaatkan SGH untuk menanam sayur organik. Sebab, SGH sangat mendukung budidaya tanaman ramah lingkungan. Pupuk yang digunakan juga merupakan pupuk kandang tanpa tanpa pestisida maupun bahan kimia lain.
“SGH ini mendukung kebutuhan untuk menanam sayur organik kelas premium, romaine, lettuce, pokcoy, dan lainnya. Buah tidak ditanam di sini,” ucap Suroso, Direktur Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS), Trawas Mojokerto.
Tentunya, petani berharap kehadiran SGH dapat membantu meningkatkan pendapatan karena bercocok tanam menjadi lebih efisien tanpa bergantung pada cuaca.
“Diharapkan melalui SGH ini penghasilan dapat bertambah. Petani terbantu dengan SGH karena menghadapi masalah perubahan iklim petani dapat tetap menjaga kapasitas produksi, kualitas produksi, dan kontinuitas produksi,” tutur Suroso.
Ke depan, SGH diproyeksikan dapat dipadukan atau bahkan menjadi kawasan eduwisata bagi pelajar maupun masyarakat umum, untuk mendapatkan edukasi seputar pertanian.