5. Bangun Lingkungan Sosial yang Suportif
Rasa kecewa bisa terasa lebih berat jika dijalani sendirian. Maka penting untuk memiliki lingkungan yang suportif—baik keluarga, sahabat, maupun komunitas.
Dukungan emosional dari orang-orang terdekat dapat membantu kita merasa diterima, dipahami, dan tidak merasa gagal sendirian.
6. Belajar dari Kegagalan, Susun Strategi Baru
Menurut Phoebe, kegagalan bukan akhir dari segalanya. Justru, pengalaman gagal bisa menjadi sarana pembelajaran paling berharga dalam hidup.
“Penting bagi kita untuk mengingat bahwa kegagalan dapat menjadi sarana untuk belajar dan mengembangkan diri. Selain itu, jalan untuk mencapai tujuan bisa ditempuh melalui berbagai cara,” ungkapnya.
Luangkan waktu untuk berefleksi, evaluasi kesalahan, lalu susun strategi baru. Ini bukan tentang menyerah, melainkan mengubah sudut pandang.
7. Jangan Ragu Mencari Bantuan Profesional
Jika perasaan kecewa sudah terlalu berat hingga mengganggu aktivitas harian, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog atau konselor profesional.
Baca Juga:Sampoerna School System Ajak Para Guru dan Pengajar Lebih Sadar Kesehatan Mental
Phoebe menegaskan bahwa bantuan profesional dapat membantu:
- Mengelola emosi dengan lebih sehat
- Menyusun rencana pemulihan psikologis
- Menumbuhkan optimisme dan ketahanan diri
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Tidak ada yang salah dengan meminta pertolongan.
Menghadapi kekecewaan memang tidak mudah. Tapi dengan memahami emosi yang muncul, tidak membandingkan diri secara tidak sehat, dan terus bergerak maju dengan langkah-langkah kecil, kita bisa bangkit lebih kuat.