SuaraJakarta.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun tanggul untuk mengantisipasi banjir rob di Jakarta Utara.
Tanggul akan dibangun di beberapa titik rawan rob seperti Muara Baru dan Muara Karang.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, menyampaikan rencana pembangunan tersebut pada Minggu, 8 Juni 2025.
Menurutnya, tanggul akan dibuat setinggi 2,5 meter menyesuaikan potensi rob yang makin besar.
Baca Juga:4 Remaja Bersenjata Tajam Ditangkap di Menteng Jakarta Pusat
"Jakarta harus membangun tanggul sampai 2,5 meter di daerah Muara Baru dan sekitarnya," ujarnya.
Rano menekankan bahwa tanggul ini dibutuhkan karena adanya prediksi rob dari BPBD DKI Jakarta.
BPBD memprediksi potensi rob akan berlangsung dari tanggal 7 hingga 15 Juni 2025 mendatang.
"Kita tidak tahu kondisi iklim tahun depan, perubahan iklim sedang terjadi," ujar Rano menambahkan.
Ia mengatakan langkah antisipasi ini menjadi bentuk kesiapan terhadap perubahan iklim global saat ini.
Baca Juga:Bongkar Mitos YouTuber! Gak Cuma Modal Kamera, Ini Skill yang Harus Dikuasai
Selain membangun tanggul, ia meminta masyarakat berkontribusi menjaga lingkungan masing-masing.
"Kalau masyarakat buang sampah sembarangan, pembangunan tanggul tidak akan efektif," katanya tegas.
Ia menyampaikan, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam penanganan banjir rob.
Banjir rob bukan hanya masalah teknis, tapi juga soal kesadaran menjaga lingkungan bersama-sama.
BPBD DKI Jakarta melalui media sosialnya meminta warga lebih waspada selama periode rob.
“Waspada banjir pesisir DKI Jakarta, 7–15 Juni 2025,” tulis akun Instagram @bpbddkijakarta.
Warga pesisir diimbau mengevakuasi barang-barang penting dan memantau perkembangan cuaca secara berkala.
Pemprov DKI akan menyiagakan tim penanganan banjir selama masa rob berlangsung.
Kurangi Emisi, Pemprov DKI Rancang Car Free Day di Lima Lokasi
Selain persoalan rob, Rano Karno juga menyoroti masalah kualitas udara dan emisi karbon.
Ia menyebutkan, Pemprov DKI Jakarta sedang mengkaji lima lokasi tambahan untuk car free day (CFD).
“CFD efektif menurunkan emisi karbon, tapi durasinya masih kurang,” kata Rano saat CFD.
Saat ini, CFD hanya dilakukan setiap Minggu pagi di ruas jalan tertentu seperti Sudirman-Thamrin.
Pemerintah sedang mempertimbangkan wilayah baru, terutama Jakarta Utara, sebagai lokasi CFD tambahan.
Jakarta Utara dinilai punya tingkat emisi karbon tinggi karena banyak kawasan industri di sana.
“Di Jakarta Utara ada industri besar, jadi emisinya sangat tinggi,” ujar Rano menjelaskan.
Ia berharap penambahan lokasi CFD dapat menekan polusi dan meningkatkan kualitas udara ibu kota.
Rano juga mengungkapkan rencana baru: mengadakan CFD pada malam hari atau car free night.
“Car free night bisa dimulai jam 22.00 WIB, terutama Sabtu malam,” ungkapnya.
Menurutnya, banyak warga Jakarta yang berolahraga malam, terutama di kawasan Sudirman-Thamrin.
CFD malam hari memberi ruang aktivitas sehat dan lingkungan bebas polusi udara pada malam hari.
Rano mengatakan kebijakan ini akan berdampak positif pada kualitas hidup dan kebahagiaan masyarakat.
“Kita ingin masyarakat bahagia, sehat, dan punya ruang terbuka yang bersih dari polusi,” ujarnya.
Namun, ia menyadari bahwa pelaksanaan di hari Sabtu bisa memengaruhi aktivitas ekonomi warga.
“Kalau CFD dua hari, Sabtu dan Minggu, pasti ada dampak pada sektor ekonomi,” katanya.
Meski begitu, Pemprov DKI tetap mempertimbangkan manfaatnya untuk kesehatan dan kebahagiaan warga.
Langkah ini juga mendukung target nasional pengurangan emisi karbon dan pembangunan kota berkelanjutan.
Rano mengajak warga Jakarta mendukung program-program hijau demi kota yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Apa Itu Banjir Rob?
Banjir rob adalah peristiwa naiknya permukaan air laut yang menggenangi daratan pesisir.
Banjir ini biasanya terjadi saat pasang laut bersamaan dengan fenomena cuaca ekstrem, seperti hujan deras atau angin kencang.
Wilayah yang paling sering terdampak banjir rob adalah daerah pantai rendah, termasuk pesisir Jakarta, Semarang, dan beberapa kota lainnya di Indonesia.
Banjir rob dapat mengganggu aktivitas warga, merusak infrastruktur, serta memicu kerusakan lingkungan.
Untuk mengantisipasinya, dibutuhkan sistem drainase yang baik, pembangunan tanggul, dan kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan dari sampah.