SuaraJakarta.id - Masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan periode emas perkembangan otak anak, di mana hingga 80% kapasitas otak terbentuk sebelum usia tiga tahun. Pada fase ini, stimulasi yang tepat menjadi kunci untuk mendukung kecerdasan, kemampuan sosial, dan keterampilan motorik anak. Salah satu cara efektif untuk menstimulasi anak sejak dini adalah melalui permainan yang bermakna.
Co-Founder Learning Time Indonesia, Darien Suria B.Sc Child Psychology mengatakan Anak membutuhkan stimulasi permainan untuk mendukung perkembangan kognitif, fisik/motorik, bahasa, dan sosial emosional sesuai tahap tumbuh kembangnya.
“Tidak cukup jika hanya diberikan mainan yang sekadar menghibur, tanpa memperhatikan usia, dan tujuan pembelajaran yang jelas,” lanjut Darien, pada sebuah acara di kawasan Kemang, Jakarta beberapa waktu silam.
Sayangnya, masih banyak mainan di pasaran yang hanya berfungsi sebagai hiburan tanpa memperhatikan kebutuhan tumbuh kembang anak. Bahkan, beberapa produk yang diklaim untuk bayi tidak dilengkapi riset dan panduan usia yang tepat, sehingga membuat anak kurang aktif bereksplorasi.
Baca Juga:Pojok Literasi di Teluknaga Jadi Tempat Anak-Anak Pesisir Belajar Sambil Bermimpi
Menurut Darien, orang tua perlu memperhatikan beberapa hal saat memilih mainan seperti halnya yang mampu mendorong partisipasi aktif anak, bukan hanya bergerak atau berbunyi otomatis. Dirancang oleh ahli perkembangan anak sesuai tahapan usia dan milestone. Memiliki tujuan pembelajaran jelas serta aman digunakan (tersedia sertifikasi SNI & ISO). Mendukung bonding dan interaksi antara orang tua dan anak.
Sejak bayi, stimulasi dapat dilakukan melalui aktivitas sederhana seperti tummy time, yang melatih kekuatan otot tangan dan leher sebagai persiapan fase berikutnya. Aktivitas ini juga membangun secure attachment antara anak dan orang tua.

Untuk mendukung hal tersebut, Learning Time menghadirkan First Steps Play Program—program bermain berbasis milestone untuk anak usia 0–30 bulan. Dirancang bersama lebih dari 100 ahli pendidikan anak usia dini, program ini menyediakan alat stimulasi sesuai usia, buku panduan aktivitas orang tua, serta checklist tumbuh kembang anak yang mudah diikuti.
Program ini terdiri dari lima tahap sesuai perkembangan usia:
- Sensory Program (0–6 bulan)
- Explorer Program (7–12 bulan)
- Thinker Program (13–18 bulan)
- Fine Motor Program (19–24 bulan)
- Investigator Program (25–30 bulan)
Selain permainan, kegiatan membacakan buku sejak dini juga menjadi bagian penting dalam stimulasi anak. Penelitian menunjukkan, anak yang rutin dibacakan buku memahami hingga satu juta kata lebih banyak pada usia tiga tahun dibandingkan anak yang tidak dibacakan sama sekali.
Baca Juga:Viral di Medsos, Pria Dewasa Penganiya Anak-anak Bercanda di Musala Tebet Akhirnya Ditangkap Polisi

Untuk itu, Learning Time meluncurkan Storytelling Series, buku interaktif dwibahasa yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.
- Storytelling Series One untuk usia 0+ dengan kontras tinggi dan teks sederhana.
- Storytelling Series Two untuk usia 12+ dengan cerita lebih panjang dan konsep dasar seperti hewan dan berhitung.
Mengusung konsep “The New Way to Do Storytelling, Read with Confidence,” seri ini juga dilengkapi panduan mendongeng bagi orang tua agar lebih percaya diri saat bercerita.
“Faktanya, orang tua yang lebih percaya diri saat membacakan cerita cenderung lebih sering membaca untuk anaknya, sesuai dengan konsep Learning Time Storytelling Series.” tutup Darien.
Didirikan oleh dua bersaudara, Darien memiliki latar belakang studi di bidang psikologi anak dan Frances di bidang desain, sejak 2017 Learning Time berkomitmen menghadirkan pengalaman bermain yang bermakna dan aman. Melalui riset dan kolaborasi dengan para ahli, Learning Time terus membantu keluarga Indonesia memberikan awal terbaik bagi buah hati di 1000 Hari Pertama Kehidupan. ***