"Minta berdoa dan berdoa ini menyeluruh orang Tangerang terutama di masjid-masjid. Di dalam solat wajib ada doa Qunut Nazialah. Terus kedua, kita menggantungkan diri ke Allah," tegasnya.
Sedih Banyak Warga Abaikan Protokol
Edi mengaku sedih saat melihat ada masyarakat yang tak mematuhi protokol kesehatan. Dia menilai tindak tersebut sama saja dengan mendzalimi orang lain lantaran dapat berpotensi tertular Covid-19.
"Segala sesuatu kita minta kepada Allah. Jelas ada perkataaan minta menghidar dari mala petaka itu kewajiban kita sebagai Islam," ujarnya.
Padahal, Covid-19 ini telah dinyatakan sebagai pandemi. Artinya penyebaran virus ini sudah global. Salah satu kunci untuk mempercepat penanganan Covid-19 kata Edi adalah Ikhtiar.
"Yang kita sebut protokol kesehatan yang pokoknnya ada tiga itu, masker, jaga jagak dan mencuci tangan itu ikhtiar. Malah benci Allah kalau gak patuh protokol kesehatan. Saya suka nangis kalau lihat itu. Ikhtiar itu hukumnya wajib," ujar Edi.
Anak keempat Edi Junaedi, Sobrun Zamili mengaku saat ayahnya dinyatakan positif Covid-19 sebenarnya dia sudah pasrah.
"Karena syaratnya sudah cukup (meninggal) lansia dan punya penyakit bawaan," ungkapnya.
"Bapak obatnya cuma 1. Bertemu dengan orang yang dia sayang. Itu sudah senang sekali," kata Sobrun.
Baca Juga: Penambahan Kasus Covid-19 di Jakarta Alami Pelambatan, Efek PSBB?
Saat Edi diisolasi, tak ada yang berani bertandang ke rumahnya untuk sementara waktu. Aktivitas yang biasa dilakukan seperti mengaji berjamaah pun ditiadakan.
Masyarakat sekitar khawatir terpapar Covid-19. Terlebih Edi tinggal di perkampungan padat penduduk.
Sebagian keluarga yang terdiri dari istri, anak dan cucu pun melakukan karantina di kediaman Edi. Seperti anak ketiganya Ahmad Mulki Sobri dan keluarga, mereka melakukan isolasi mandiri di rumah sang ayah. Sebagian pula memilih untuk isolasi di kediamannya masing-masing.
Diakui Ahmad Sobri, selama mengkarantina diri dukungan dari tetangga tak henti-hentinya mengalir. Bahkan mereka tak gusar ketika ingin makan dan minum. Lantaran banyak tetangga yang mengantarkan logistik untuk mereka konsumsi.
"Yang punya katering ngasih nasi box, yang punya warung ngasih beras. Kan kalo ngasi taro didepan (teras) itu disana makanan gak abis-abis," ujarnya.
Bukan hanya Edi, keluarganya pun nampak begitu disayangi tetangga bahkan masyarakat Kota Tangerang. Hal tersebut terbukti dengan derasnya dukungan moral bagi mereka.
Berita Terkait
-
Prakiraan Cuaca Kota Serang Hari Ini, Hujan Ringan Sore Hari
-
Penambahan Kasus Covid-19 di Jakarta Alami Pelambatan, Efek PSBB?
-
Lawan Pandemi, Polresta Yogyakarta Luncurkan Transportasi Tangguh Covid-19
-
6 Pedagang Positif Covid-19, Pasar Ciplak Ditutup 3 Hari
-
Gelar Dangdutan saat Pandemi, Wakil Ketua DPRD Tegal Jadi Tersangka
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
8 Mobil Bekas yang Aman Dipakai Saat Banjir dan Lewati Jalan Rusak
-
Cek Fakta: Viral Luhut Biarkan China Mengelola Bandara Morowali, Ini Faktanya
-
Cek Fakta: Indonesia Gelontorkan Rp16,7 Triliun untuk Pulihkan Hutan Brasil, Benarkah?
-
10 Mobil Tua 90-an yang Kini Jadi Investasi Menguntungkan, Harganya Terus Naik
-
Cek Fakta: Viral Foto Disebut Proses Pembuatan Patung Megawati, Benarkah?