Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 29 September 2020 | 15:12 WIB
Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Dedie A Rachim. [Foto: Ayobogor.com]

"Kita menemukan data dari angka kematian yang ada, sebagian besar itu 80 persen komorbid bahwa orang penyaki bawaan memiliki risiko lebih tinggi dan tren meningkatnya kasus positif anak-anak," imbuhnya.

Ia menjelaskan, munculnya klaster keluarga setelah dievaluasi bersumber dari anggota keluarganya yang bekerja di luar Kota Bogor dan perkantoran.

"Klaster keluarga di Kota Bogor apabila dibedah kembali itu sebetulnya beririsan dengan klaster luar kota dan perkantoran. Jadi sebagian besar status keluarga itu dari anggota keluarga bekerja di luar kota dan menulari anggota rumah tangganya, anak-anaknya terpapar sebagian besar adalah anak yang tidak pernah keluar rumah, jadi terpapar usia produktif," jelas Bima.

Bima juga menyampaikan, hasil evaluasi kali ini dirinya akan memperketat protokol kesehatan di perkantoran.

Baca Juga: Satu Anggota Dewan Positif Corona, Kantor DPRD Kota Bogor Tetap Buka

"Kami akan awasi sejauh mana kantor disiplin mengikuti protokol kesehatan, aturan 50 persen WFH (work from home) dan yang memiliki komorbid dilarang untuk bekerja dulu," ucapnya.

Bima menambahkan, Tim Elang dan Merpati akan terus berjalan mengenai protokol kesehatan PSBMK sampai 14 hari ke depan.

"Tim elang dan merpati berjalan untuk protokol kesehatan PSBMK ini akan berlanjut sampai dua minggu kedepannya, berdasarkan evaluasi saat ini," tukasnya.

Kontributor : Andi Ahmad Sulaendi

Baca Juga: Ridwan Kamil Sebut Kota Bogor Zona Merah, Dedie: Kalau di GTN Oranye

Load More