Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 01 Februari 2022 | 15:47 WIB
Lantunan musik tradisional khas Betawi, Gambang Kromong, turut memeriahkan acara Kirab Obor Asian Games 2018 di TMS Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (15/8). [Suara.com/Arief Apriadi]

SuaraJakarta.id - Bagi masyarakat Betawi, tentunya sudah tidak asing lagi bila mendengar nama Gambang Kromong. Ya, kesenian musik ini menjadi salah satu yang lekat sebagai kebudayaan Betawi.

Sejarawan Budaya China, Oey Tjin Eng menjelaskan, gambang kromong adalah sejenis orkes yang memadukan budaya Betawi dengan kebudayaan asing. Khususnya kebudayaan Tionghoa.

Sehingga gambang kromong merupakan kesenian akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi. Terutama di alat-alat musik seperti sukong, tehyan dan kongahyan yang berasal dari China.

Oey menjelaskan sejarah gambang kromong masuk ke Indonesia. Awal mula terbentuknya gambang kromong tak lepas dari peran seorang pemimpin komunitas Tionghoa, Nie Hoe Kong.

Baca Juga: Gambang Kromong Naga Putri di Tangsel: Antara Akulturasi Budaya Tionghoa dan Betawi, Seni hingga Toleransi

Kala itu, pada abad ke-18 saat Indonesia masih dalam masa penjajahan, Nie Hoe Kong diangkat Belanda menjadi kapitan Cina pada tahun 1736-1740.

Kesenian ini lantas berkembang di wilayah yang sekarang jadi Jakarta dan sekitarnya, termasuk di Kota Tangerang.

Oey memaparkan, nama alat musik tersebut sebenarnya adalah Uceng yang merupakan kecapi dan Yang Cing untuk pemukul.

Salah satu alat musik yang biasa dimainkan dalam orkes gambang kromong. [Suara.com/Muhammad Jehan Nurhakim]

Seiring perkembangan zaman dan berakulturasi, namanya berubah menjadi gambang kromong.

"Aslinya, uceng (kecapi) dan satu lagi yang cing (yang dipukul) itu gambang kromong, itu alkuturasi budaya," kata Oey saat ditemui di rumahnya di Kota Tangerang, Senin (31/1/2022).

Baca Juga: Kasus Pungli Pasar Lama Tangerang, Polisi Amankan 5 Orang

Oey menyebut, gambang kromong biasanya dimainkan oleh belasan orang. Ini lantaran banyaknya alat musik yang dimainkan.

"Ada main Bang Sing (suling), ada yang main kongahyan, sukong, tehyan, gong, kecrek (pan), dan ningnong (sio-lo), terakhir ada gendang,” katanya.

Oey menerangkan, meski telah beralkuturasi dengan budaya Betawi, namun musim yang dibawakan tak jarang memainkan lagu-lagu musik dari China, seperti Kong Ji Lok.

"Lagunya Chinese, 'Kong Ji Lok'," terangnya.

Sejarawan Budaya China, Oey Tjin Eng, saat ditemui di kediamannya di Kota Tangerang, Senin (31/1/2022). [Suara.com/Muhammad Jehan Nurhakim]

Oey menuturkan, pementasan gambang kromong tidak hanya ditunjukan pada saat perayaan Imlek tiba saja.

Namun tak sedikit yang mengundang orkes gambang kromong untuk acara pesta pernikahan maupun ulang tahun.

"Buat pesta, perkawaninan bisa, Imlek pun bisa," tuturnya.

Kontributor : Muhammad Jehan Nurhakim

Load More