Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Minggu, 01 Juni 2025 | 19:02 WIB
Bintil berisi air timbul di sisi kanan tubuh penderita herpes zoster cacar api (cacar ular) yang disebabkan oleh virus varicella-zoster [Suara.com/ANTARA/HO-Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Maluku]

SuaraJakarta.id - Cacar api atau herpes zoster adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster, virus yang sama dengan penyebab cacar air.

Meski terdengar seperti masalah kulit biasa, cacar api sebenarnya bisa sangat menyakitkan, terutama pada kelompok usia lanjut, dan perlu mendapat perhatian lebih.

Menurut dr. Sandra Sinthya Langow, SpPD-KR, seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi dari Universitas Indonesia, cacar api merupakan infeksi virus.

Yang cenderung muncul kembali saat sistem kekebalan tubuh seseorang melemah, khususnya pada orang berusia di atas 50 tahun.

Baca Juga: Waspada! Kasus DBD di Jakbar Naik Sejak Januari, Kelembapan Suhu Jadi Penyebab

Apa Itu Cacar Api?

Cacar api berbeda dengan cacar air. Meskipun berasal dari virus yang sama, cacar api muncul setelah seseorang pernah menderita cacar air di masa lalu.

Setelah sembuh dari cacar air, virus varicella-zoster tidak sepenuhnya hilang dari tubuh. Ia akan tetap “tidur” di dalam sistem saraf tubuh dan bisa aktif kembali ketika sistem imun seseorang melemah.

“Virus itu berdiam di tubuh kita, dia tinggal tunggu waktu. Sampai seseorang itu menjadi tua, atau sistem kekebalan tubuhnya menurun, dia bisa bangkit kembali,” ujar dr. Sandra dalam diskusi kesehatan di Jakarta, Minggu, 1 Juni 2025.

Gejala Umum Cacar Api

Baca Juga: Catat! Obat Bayi BBLR dan Penyakit Langka Sudah Disahkan Sebagai Obat Resmi

Gejala cacar api kerap kali muncul secara tiba-tiba dan seringkali menimbulkan rasa sakit yang intens.

Beberapa gejala khas yang perlu diwaspadai antara lain:

-Ruam kemerahan pada satu sisi tubuh atau wajah

-Lepuhan berisi cairan yang kemudian mengering

-Nyeri ekstrem di area ruam, terasa seperti terbakar, tersengat listrik, atau tertusuk benda tajam

-Gatal dan sensasi panas

-Demam ringan, kelelahan, atau sakit kepala

Yang mengejutkan, rasa sakit dari cacar api bisa bertahan lama bahkan setelah ruam atau luka di kulit telah sembuh.

“Sakitnya tidak hanya pada waktu (kulit) melepuh saja, tapi sakitnya bisa bertahan hingga satu tahun. Jadi meski kulitnya sudah sembuh, tapi sakitnya masih berasa,” tambah dr. Sandra.

Siapa Saja yang Rentan Terkena Cacar Api?

Meski bisa terjadi pada siapa saja, cacar api paling sering menyerang lansia dan individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena cacar api meliputi:

-Usia di atas 50 tahun

-Memiliki riwayat keluarga dengan herpes zoster

-Mengidap penyakit seperti kanker, diabetes, penyakit autoimun, dan penyakit jantung

-Mengalami stres berkepanjangan

-Menderita penyakit paru-paru kronis

-Jenis kelamin perempuan memiliki risiko sedikit lebih tinggi

Pasien Autoimun dan Risiko Lebih Tinggi

Dalam paparannya, dr. Sandra juga menekankan bahwa pasien autoimun berisiko dua hingga tiga kali lebih tinggi terkena cacar api dibandingkan populasi umum.

“Pasien autoimun mengalami disfungsi atau gangguan dari sistem imunnya sehingga lebih rentan terkena infeksi, dan juga lebih cenderung memberat kalau terkena infeksi,” jelasnya.

Selain itu, pengobatan yang biasa digunakan untuk menangani autoimun juga dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga menambah risiko terhadap berbagai infeksi, termasuk herpes zoster.

Komplikasi Cacar Api yang Perlu Diwaspadai

Salah satu komplikasi paling umum dari cacar api adalah neuralgia pasca-herpetik, yakni kondisi nyeri kronis di area bekas ruam yang bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Komplikasi lain termasuk:

-Infeksi bakteri sekunder pada kulit

-Kehilangan penglihatan, jika cacar api menyerang area sekitar mata

-Gangguan pendengaran

-Pneumonia

-Radang otak (ensefalitis), meski sangat jarang

Cara Mencegah Cacar Api

Kabar baiknya, cacar api dapat dicegah dengan kombinasi gaya hidup sehat dan vaksinasi.

Berikut beberapa tips untuk menurunkan risiko herpes zoster, terutama bagi lansia:

1. Menjaga Daya Tahan Tubuh

Pola hidup sehat seperti tidur cukup, konsumsi makanan bergizi, olahraga teratur, dan menghindari rokok atau alkohol sangat membantu menjaga sistem imun.

2. Mengelola Stres

Stres menjadi salah satu pemicu kekambuhan virus. Rutin melakukan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar hobi santai bisa membantu menurunkan kadar stres.

3. Vaksinasi Herpes Zoster

Vaksin cacar api merupakan langkah pencegahan paling efektif. Vaksin ini direkomendasikan terutama bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun atau yang memiliki riwayat penyakit kronis.

“Kita perlu mendiskusikan vaksinasi cacar api ini dengan dokter masing-masing,” kata dr. Sandra.

4. Hindari Kontak dengan Penderita

Meski tidak seinfeksius cacar air, virus cacar api bisa menular melalui kontak langsung dengan cairan dari lepuhan.

Maka, sebaiknya hindari kontak dekat dengan penderita, terutama jika Anda belum pernah terkena cacar air atau belum divaksin.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasikan ke dokter bila Anda atau anggota keluarga mengalami gejala cacar api.

Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan mempercepat proses penyembuhan. Terutama jika Anda:

-Berusia di atas 50 tahun

-Mengalami nyeri atau ruam di dekat mata

-Sedang mengidap penyakit kronis

-Merasa nyeri luar biasa sebelum muncul ruam

Cacar api bukan sekadar penyakit kulit biasa, tapi bisa menimbulkan nyeri yang berkepanjangan dan menurunkan kualitas hidup, terutama bagi lansia dan penderita autoimun.

Melalui pola hidup sehat, manajemen stres, dan vaksinasi, risiko penyakit ini bisa dikurangi secara signifikan.

Diskusikan lebih lanjut dengan dokter Anda tentang vaksin cacar api, terutama jika Anda telah memasuki usia 50 tahun ke atas atau memiliki kondisi medis tertentu.

Pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati.

Load More