SuaraJakarta.id - Menyongsong usianya yang akan memasuki lima abad, Jakarta berada di persimpangan jalan krusial. Visi untuk menjadi kota global yang kompetitif dan berbasis teknologi (smart city) terus digelorakan.
Namun, sebuah seminar penting mengingatkan bahwa lompatan ke masa depan tidak boleh mengorbankan akar sejarah dan nilai kemanusiaan yang menjadi jiwa kota ini.
Dalam seminar bertema “Membaca Ulang Jakarta: Dari Visi Founding Parents Hingga Kota Smart City” yang digelar oleh Yayasan Sanjeev Lentera Indonesia bersama Perhimpunan Alumni Universitas Katolik Atma Jaya (Perluni UAJ), Senin (14/7/2025).
Terungkap sebuah benang merah: kemajuan teknologi dan pembangunan fisik harus berjalan seimbang dengan pembangunan manusia dan penguatan budaya.
Mewakili Gubernur DKI Jakarta, Wakil Kepala Bappeda, Deftrianov, memaparkan target ambisius pemerintah untuk membawa Jakarta masuk dalam 20 besar kota global.
Visi ini mencakup lima pilar, mulai dari pusat ekonomi inovatif, manajemen kota modern, hingga ruang kota yang layak huni dan berkelanjutan.
Namun, visi teknokratis ini segera diperkaya dengan perspektif historis. Staf Khusus Gubernur, Chiko Hakim, menegaskan bahwa Jakarta sejatinya terlahir sebagai kota global.
"Jakarta telah menjadi kota global sejak lahirnya, tempat kumpul banyak bangsa dan budaya. Jakarta tidak memiliki raja, jadi pergaulannya egaliter dan setara," ujarnya.
Menurut Chiko, tantangan saat ini adalah menaikkan peringkat Jakarta di kancah global melalui inovasi kebijakan yang responsif terhadap aspirasi publik dan perkembangan teknologi.
Baca Juga: Rekomendasi Bengkel Mobil Terbaik di Jakarta untuk Mobil Bekas
Suara Kritis: Kota Global yang Manusiawi dan Berakar
Gagasan untuk tidak hanya mengejar status, tetapi juga membangun kualitas, menjadi sorotan utama.
Anggota DPRD DKI Jakarta, Rio Dwi Sambodo, mengingatkan kembali pada visi Bung Karno yang mengimpikan Jakarta sebagai representasi karakter bangsa (nation character building).
"Ini seperti 'peta lawas untuk jalan baru'," kata Rio. Ia menekankan bahwa Jakarta perlu menjadi kota global yang tetap manusiawi, kontekstual, dan berakar. "Jakarta bukan hanya soal berdaya saing, karena ini menimbulkan pertanyaan: bersaing dengan apa dan untuk siapa? Kota global juga harus berkeadilan," tegasnya.
Pandangan ini diamini oleh Prof. Sylviana Murni. Cendekiawan Betawi ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara pembangunan fisik dan manusia.
Menurutnya, kehebatan sebuah kota tidak diukur dari gedung pencakar langitnya, tetapi dari kualitas relasi antarmanusia di dalamnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Gesit dan Irit, 5 Rekomendasi Mobil Mungil Mulai Rp 40 Jutaan untuk Pemula
- Pemain Keturunan Rp52,14 Miliar Follow Timnas Indonesia: Saya Sudah Bicara dengan Pelatih Kepala
- Lupakan Vario! 5 Rekomendasi Motor Gagah Harganya Jauh Lebih Murah, Tenaganya Bikin Ketagihan
- 1 Detik Main di Europa League, Dean James Cetak Sejarah untuk Timnas Indonesia
- 3 Rekomendasi HP Murah Samsung RAM Besar 8 GB Memori 256 GB, Harga Cuma Rp 2 Jutaan
Pilihan
-
Transparansi Adalah Juara Sejati: Mewujudkan Sepak Bola yang Jujur Lewat Piala Presiden 2025
-
Ferarri Kapten! Ini Daftar Starting XI Timnas Indonesia U-23 vs Brunei
-
Utang RI Membengkak, Sri Mulyani Tetap Santai: Masih Prudent dan Terukur
-
Flexing Barang Mewah Bisa Bikin Anda 'Disapa' Petugas Pajak!
-
Dulu Dicibir, Keputusan Elkan Baggott Tolak Timnas Indonesia Kini Banjir Pujian
Terkini
-
Trik Pengguna WhatsApp: Manuver Senyap Lihat Status Tanpa Ketahuan, Dijamin Tak Tinggalkan Jejak
-
Jakarta Jangan Lupakan Manusia dan Sejarah
-
Awas Tilang Elektronik! Ini 10 Kesalahan Sepele yang Sering Diabaikan Pengendara
-
Apresiasi Internasional: Bank Mandiri Borong Tiga Penghargaan FX dari Alpha Southeast Asia
-
Ini Cara Terbaru Bikin Stiker WA Bergerak, Bisa Langsung dari Video!