Sementara ayah Arteria bernama H. Zaini Dahlan. Dia adalah guru di beberapa SMA dan ketua salah satu yayasan pendidikan swasta.
Zaini ini pernah mendaftar Akpol, itu pun pada tes terakhir ditolak karena terindikasi Masyumi dan PRRI.
Ayah saya lama di Jogja karena sempat kuliah di Farmasi UGM, sempat pula mengajar di SMA Muhammadiyah Jogjakarta.
"Memang ada tokoh PKI dari Maninjau bernama Bakhtarudin. Tidak ada hubungan kekeluargaan antara Bakhtarudin dengan kakek dan nenek saya, baik dari pihak ayah maupun ibu," cerita Arteria.
Sebelumnya, nama Wartawan senior Hasril Chaniago menjadi perbincangan publik Twitter usai mengungkit soal kakek Politisi PDIP Arteria Dahlan.
Baca Juga:Arteria Bantah Telak Tudingan Hasril Chaniago: Nenek Saya Tokoh Masyumi
Hasril Chaniago diundang menjadi pembicara dalam acara Indonesia Lawyers Club TV One, Selasa malam (8/9/2020).
Pada acara bertema 'Sumbar Belum Pancasilais?' itu, Hasril menceritakan soal sejarah ke-Pancasila-an Sumbar.
Ia menceritakan bagaimana Soekarno pada saat itu dielu-elukan oleh masyarakat Sumatera Barat, namun kemudian dijauhi karena memasukkan ideologi komunisme yang dianggap menentang Pancasila.
Sembari bercerita, Hasril menyentil politikus PDIP Arteria Dahlan yang juga turut hadir dalam acara tersebut.
Hasril mengungkit soal latar belakang keluarga Arteria Dahlan.
Baca Juga:Bantah Hasril Chaniago, Arteria Dahlan: Tidak Benar Saya Cucu Tokoh PKI
"Arteria Dahlan itu mamaknya itu Bachtaruddin, nama kakeknya itu. Bachtaruddin itu pendiri PKI Sumatera Barat dan anggota konstituante setelah Pemilu 1955," kata Hasril Chaniago saat menceritakan soal sejarah di Sumatera Barat.
Pernyataan wartawan Minangkabau soal latar belakang keluarga Arteria itu bahkan membuat nama Arteria Dahlan menduduki trending topic Twitter per Selasa malam hingga Rabu pagi (9/9/2020).
Hasril kemudian kembali menegaskan bahwa ketidakpahaman akan sejarah bisa membuat orang-orang melakukan kesalahan. Termasuk dengan yang terjadi pada Puan Maharani sekali pun.
"Kenapa kita tidak memahami sejarah? hal tersebut bisa terjadi juga dengan Puan, dengan siapa saja ya. Salah ucap, sengaja atau tidak, karena tidak memahami sejarah," kata Hasril lagi.