SuaraJakarta.id - Pasien jantung di Indonesia didominasi oleh perempuan selama 44 tahun terakhir. Dari hasil riset Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dalam kurun waktu 1974 hingga 2019, pasien jantung perempuan sebanyak 55,7 persen atau 1.019 orang. Sedangkan pasien jantung laki-laki ada 44,3 persen atau 809 orang. Angka itu berdasarkan riset dari Bidang Medis YJI terhadap 1.828 pasien yang mendapat bantuan operasi jantung dari Yayasan Jantung Indonesia. Pasien tersebar mulai dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara.
Berdasarkan rilis yang diterima suara.com, hasil riset yang dipimpin dr. Siska S Danny Sp.JP(K) itu menunjukan ada lima kota dengan jumlah pasien jantung terbanyak yang mendapat bantuan medis, di antaranya:
- DKI Jakarta dengan jumlah pasien 595 orang atau 32,5 persen.
- Jawa Barat dengan jumlah pasien 335 orang atau 18,3 persen.
- Kalimantan Timur dengan jumlah pasien 154 orang atau 8,4 persen.
- Jawa Timur dengan jumlah pasien 148 orang atau 8 persen.
- Sumatera Barat dengan jumlah pasien 53 orang atau 2,9 persen.
Sedangkan data berdasarkan waktu periode tindakan secara keseluruhan sejak 1975 hingga 2019, ditemukan paling banyak pasien di periode 1989 – 1993 yaitu sebanyak 361 pasien.
Dalam diagnosis pasien, dalam kurun waktu 1975-1999, dari 1.138 pasien ditemukan 381 orang di antaranya mengalami penyakit jantung valvular, 690 orang lainnya mengalami penyakit jantung bawaan, sedangkan 67 orang sisanya jenis penyakit jantung lain (TAVB, PPM, Angina Pectoris/CAD, Arteritis (peradangan), Takayama, Myxoma, LV, dan sinkop).
Baca Juga:Turunkan Risiko Serangan Jantung, Yuk Olahraga Aerobik!
Sedang dalam kurun waktu 2000 – 2019 dari 622 orang pasien, sebanyak 91 orang mengalami penyakit jantung valvular, 537 orang mengalami penyakit jantung bawaan, dan sisanya 5 orang jenis penyakit jantung lainnya (LA myxoma, PPM, dan TAVB).
Prosedur kesehatan ditemukan data sebanyak 1.641 orang dilakukan tindakan operasi, 121 orang tanpa tindakan operasi, 60 orang mendapatkan tindakan diagnosa klinis, dan sisanya mendapatkan tindakan lainnya.
Menurut Ketua YJI Esti Nurjadin S.H., M.Kn., kemajuan tatalaksana penyakit jantung bawaan di Indonesia perlahan mulai membaik. Pasien penyakit jantung bawaan pada periode di bawah tahun 2000, sebagian besar harus menjalani tindakan operasi jantung terbuka.
"Namun setelah tahun 2000 mulai bisa ditangani dengan menggunakan prosedur intervensi non bedah yang tentunya berkaitan dengan lama rawat dan waktu pulih yang lebih singkat untuk pasien," kata Esti.
Ia menambahkan, sampai sekarang hal yang masih harus dilakukan adalah pemerataan distribusi bantuan pasien di luar pulau Jawa, mempersiapkan database baku dari pasien yang dibantu dan melakukan analisa data tahunan. Namun yang masih menjadi pesoalan, menurutnya bahwa antrean untuk prosedur kesehatan, baik operasi maupun intervensi non bedah, masih terlalu panjang.
Baca Juga:WHO: Merokok Tembakau Memicu Penyakit Jantung & Sebabkan 1,9 Juta Kematian