Cerita di Balik Penamaan Makam Keramat Panjang di Pakuhaji Tangerang

Makam Keramat Panjang Pakuhaji Tangerang memiliki panjang 9 meter dan lebar 1,5 meter.

Rizki Nurmansyah
Sabtu, 31 Oktober 2020 | 12:22 WIB
Cerita di Balik Penamaan Makam Keramat Panjang di Pakuhaji Tangerang
Makam Keramat Panjang di Jalan Raya Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

SuaraJakarta.id - Bagi sebagian orang tentu masih terdengar asing bila mendengar nama Makam Keramat Panjang. Makam tersebut terletak di Jalan Raya Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten.

Faktanya makam tersebut cukup kesohor di masyarakat. Khususnya umat Islam di nusantara. Makam keramat panjang tak pernah sepi dari peziarah, di mana juga jadi salah satu destinasi wisata religi di Banten.

Beberapa waktu lalu, Suara.com berkesempatan mengunjungi makam yang memiliki panjang 9 meter dan lebar 1,5 meter tersebut.

Posisi Makam Keramat Panjang berada di dalam masjid, tak jauh dari Jalan Raya Cituis. Tepat pinggir jalan terdapat plang bertuliskan "Masjid Makam Keramat Panjang".

Baca Juga:Pesona Masjid Pintu Seribu Tangerang: Motif 999 dan Labirin Pengingat Mati

Masuk menyusuri jalanan conblock sekira 10 meter dari plang tersebut akan terlihat sebuah masjid.

Di situlah Suara.com bertemu Habib Hamzah bin Toha Assegaf, pengurus dari Masjid Makam Keramat Panjang Pakuhaji Tangerang. Dia mengucapkan selamat datang di makam tertua ini.

"Mari ke dalam. Ini adalah makam tertua di sini. Dari Luar Batang Jakarta Utara maupun dari penjuru nusantara pada datangnya ke sini," ucapnya memulai bincang-bincang kepada kontributor Suara.com.

Habib Hamzah menjelaskan penyebutan nama Makam Keramat Panjang tidak lain karena karomah dari tokoh yang dimakamkan.

"Karena karomahnya yang meluas sehingga diartikan panjang. Hal ini makanya sampai sekarang kampung di sini namanya juga Keramat Panjang," sebutnya.

Baca Juga:Protes Pembongkaran Makam Keramat, Warga: Belanda Aja Engga Ganggu, Ini...

Di depan pintu masjid sendiri terpampang papan nama bertuliskan Alhabib Abdullah bin Ali Al-Uraidhi.

Makam Keramat Panjang di Jalan Raya Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]
Makam Keramat Panjang di Jalan Raya Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

Habib Hamzah menuturkan nama Al-Habib Abdullah merupakan dari pengkajian kantor Rabithah Alawiyah di Jakarta. Sebuah lembaga pencatat nasab (silsilah—red) keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW.

"Iya jadi mereka menamakan tokoh yang dimakamkan di Makam Keramat Panjang ini dengan nama beliau (Alhabib Abdullah)," tuturnya.

Namun, Habib Hamzah masih ingat betul kisah dari mendiang ayahnya. Bahwasannya tokoh yang dimakamkan adalah seorang penyebar syariat Islam hampir di penjuru nusantara.

Dia menyebarkan syariat Islam dari Madinah, kemudian hijrah ke Yaman, Turki, India hingga berlabuh di Indonesia tepat di pinggir laut.

"Kapal beliau rusak di pinggir laut di Mauk (Kabupaten Tangerang). Kemudian menyebarkan syariat Islam di sini dari musala ke masjid, sampai pergi lagi ke Palembang dan Aceh," paparnya.

"Lalu waktunya cukup lama hingga akhirnya beliau ditemukan lagi terdampar di pinggir laut di sini. Kondisinya sudah meninggal," sambungnya.

Sejak menyebarkan syariat Islam hingga ditemukan wafat, tidak ada satupun warga yang mengetahui namanya. Karena sejak awal tidak mau menyebutkan nama.

"Tidak mau menyebutkan nama sampai beliau wafat dan dimakamkan. Beliau dikenal seorang yang sederhana saja," ungkapnya.

"Banyak pernyataan beliau orang dari Persia, kemudian ada yang sebut Syekh Daud bin Ami bin Ismail dan lainnya. Makanya hingga akhirnya disebutnya Makam Keramat Panjang saja," lanjutnya.

Habib Hamzah mengungkapkan sudah melakukan tawasul, yaitu memohon kepada Allah SWT guna mengetahui identitas tokoh Makam Keramat Panjang tersebut.

"Sama saja yang saya dapat tidak menemukan nama beliau dengan tawasul," imbuhnya.

"Dari situ, kisah ayah saya yang juga dulu mengurus makamnya menitipkan untuk meneruskan menjaga."

Terlepas dari perdebatan nama, tokoh yang dimakamkan di Makam Keramat Panjang ini diyakini atas karomahnya.

Menurut Habib Hamzah, peziarah yang datang ke makam tidak hanya dari penjuru nusantara. Bahkan dari negeri seberang, seperti Turki, Singapura dan lainnya.

"Peninggalan dari beliau adalah sumur dengan airnya yang memiliki kadar pH lebih tinggi daripada air minum biasa. Itulah air karomahnya yang digunakan peziarah," paparnya.

"Jadi, peziarah di sini meminta berkahnya keramat panjang untuk membersihkan diri dan minta dimudahkan urusan," imbuhnya.

Makam Keramat Panjang di Jalan Raya Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]
Makam Keramat Panjang di Jalan Raya Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

Air karomah tersebut, kata Hamzah, bisa dimandikan dan juga diminum. Hal itu kemudian setiap peziarah dari manapun sering datang.

"Peziarah yang datang ke sini bukan hanya sekali dua kali, tapi lebih dari itu. Setiap Kamis dan Jumat selalu ramai peziarah sampai sekarang," sebutnya.

"Namun, mereka datang ke mari seperti dibatasi. Satu rombongan datang kemudian pulang, tak lama lalu ada lagi yang datang," paparnya.

Atas hal tersebut, Habib Hamzah menuturkan, akan terus menjaga Makam Keramat Panjang yang telah menjadi salah satu destinasi wisata religi di Banten ini sampai akhir hayatnya.

"Saya sudah lebih dari 30 tahun di sini dan akan terus berada di sini menjaga Makam Keramat Panjang. Ini adalah amanah bukan saja dari ayah saya, tapi juga dari beliau yang dimakamkan," pungkasnya.

Kontributor : Ridsha Vimanda Nasution

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini