
Dosen Agama Budha Universitas Pamulang (Unpam), Surya Budiman menjelaskan, masyarakat peranakan Tionghoa pertama kali tiba di Tangerang tahun 1407.
Diketahui mereka mampu berbaur dan akrab dengan pribumi Tangerang. Mereka rata-rata bekerja sebagai petani.
"Masyarakat Cina Benteng itu datang pada tahun 1407. Langsung membaur dengan masyarakat di sana atau pribumi," ujarnya saat dihubungi SuaraJakarta.id—grup Suara.com—beberapa waktu lalu.
Surya menjelaskan, warga peranakan Tionghoa yang datang ke Tangerang terbagi menjadi dua gelombang.
Baca Juga:Imlek di Tengah Pandemi, Klub Barongsai Kota Tangerang Gigit Jari Sepi Job
Gelombang yang kedua lebih banyak berprofesi sebagai pedagang. Inilah yang membuat mereka berbeda satu sama lain secara ekonomi.
"Dari segi ekonomi, pedagang kan lebih kaya dibanding petani kan dan memang kondisinya demikian," tuturnya.
Surya mengatakan tidak tahu berapa jumlah penduduk waga Cina Benteng saat ini.
Secara kultur, termasuk soal adat pernikahan, warga Cina Benteng tidak memiliki perbedaan dengan nenek moyang mereka di China.
"Tergantung dasarnya. Kalau Budha ngikutin (ajaran) Budha. Kalau Hindu ngikutin (ajaran) Hindu. Jadi tidak ada perbedaan," pungkasnya.
Baca Juga:Disebut Legenda Politisi Etnis Tionghoa, Begini Reaksi Ahok
Kontributor : Muhammad Jehan Nurhakim