Untuk memenuhi pesanan itu, Asep mempekerjakan 10 anak buah untuk membuat dodol Cilenggang.
"Dulu pernah Lebaran 2018, pas belum pandemic, pesanan mencapai 600 kg. Kira-kira dapat Rp 30 juta-an," tuturnya.
![Asep Wijaya, penjual dodol Betawi di Jalan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan. [SuaraJakarta.id/Muhammad Jehan Nurhakim]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/01/91384-dodol-cilenggang-makanan-khas-betawi-di-tangerang-selatan.jpg)
Sejarah Pembuatan Dodol Cilenggang
Asep menceritakan awal mula keluarganya berjualan Dodol Cilenggang. Adalah sang ibu yang pertama kali berjualan dodol khas Betawi tersebut di tahun 1995.
Baca Juga:Resep Kembang Goyang Khas Betawi, Camilan Manis dan Renyah Rasa Surgawi
"Awalnya rumahan aja, tiap rumah bikin. Cuma lama-lama jadi komersil juga. Pertama kali tahun 1995, diperkenalkan oleh ibu saya namanya ibu Iyuk," ucap Asep.
"Saya masih kecil. Kalau enggak salah masih SMP ," kata Asep.
Asep meyakini dari dulu hingga sekarang Dodol Cilenggang tetap digemari bagi masyarakat Indonesia. Khususnya masyarakat Betawi.
"Jadi dulu tuh, Dodol Cilenggang biasa dipakai saat hajatan. Jadi dodol tuh harus ada kalau dalam adat Betawi, enggak tahu itu adat atau apa. Tapi karena dari dulu selalu ada, jadi sampai sekarang ada terus," ungkap Asep.
![Toko Titi Mugi Jaya, penjual Dodol Cilenggang, di Jalan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan. [SuaraJakarta.id/Muhammad Jehan Nurhakim]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/03/01/40057-dodol-cilenggang-makanan-khas-betawi-di-tangerang-selatan.jpg)
Pembuatan Dodol Cilenggang
Baca Juga:Melestarikan Seni Budaya Betawi saat Pandemi
Asep menerangkan bahan-bahan yang digunakan saat pembuatan dodol Cilenggang sebenarnya sama saja dengan dodol pada umumnya seperti santen kelapa, gula merah, gula pasir, tepung dan garam.