Asal Usul Nama Palmerah Jakarta, Kisah Patok Merah Kota Batavia

Palmerah dikenal karena di kawasan ini terdapat sebuah pasar tradisional yang sudah sejak lama menjadi tempat dagang sayuran dan buah-buahan.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 01 Juni 2021 | 10:10 WIB
Asal Usul Nama Palmerah Jakarta, Kisah Patok Merah Kota Batavia
Rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) Comutter Line melintas pada perlintasan sebidang yang sudah ditutup di kawasan Stasiun Palmerah, Jakarta, Minggu (29/11/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJakarta.id - Asal usul nama Palmerah, Jakarta Barat. kini Palmerah menjadi kawasan terpadat di Jakarta, pusat pemukiman sampai pasar tradisional.

Palmerah dikenal karena di kawasan ini terdapat sebuah pasar tradisional yang sudah sejak lama menjadi tempat dagang sayuran dan buah-buahan.

Dikutip dari Encyclopedia Jakarta, kata Palmerah berasal dari kata Pal (artinya batas atau patok) yang berwarna merah.

Menurut sejarah, pada masa lalu patok berwarna merah itu dijadikan batas wilayah kota Batavia ke arah Bogor.

Baca Juga:Menguak Kastel Batavia, Simbol Kejayaan VOC yang Terkubur di Jakarta Utara

Kawasan tersebut menjadi jalur gubernur Belanda yang hendak ke Istana Bogor. Bersama rombongan mereka biasanya naik kereta kuda menuju Bogor dan mengistirahatkan kuda-kudanya di lokasi yang tidak jauh dari situ , yakni Pos Pengumben.

Stasiun Palmerah terdampak demo rusuh anak STM di belakang Gedung DPR. (Suara.com/Novian)
Stasiun Palmerah terdampak demo rusuh anak STM di belakang Gedung DPR. (Suara.com/Novian)

Kini patok merah tersebut sudah tidak ada lagi, yang ada hanyalah patok berwarna hitam, putih, dan kuning di pinggir jalan raya terutama dekat rel dan stasiun kereta api.

Selain itu terdapat versi lain asal usul Palmerah, nama Palmerah diambil dari salah satu nama pohon palem merah yang berada di wilayah tersebut.

Palmerah dikenal lantaran di kawasan perkantoran media, seperti Kompas Gramedia. Selain itu, di wilayah Pal Merah terdapat stasiun kereta api Pal Merah yang sudah beroperasi sejak tahun 1899.

Jalur kereta api yang melintas di wilayah tersebut merupakan pengembangan jalur kereta api atau trem uap dari Batavia menuju Tangerang dengan cabang dari Djembatan Doewa menuju Pal Merah.

Baca Juga:Tua-tua Keladi! Kakek Jim Dkk Sudah 4 Kali Bobol Rumah Mewah di Jakbar

Sejak akhir abad ke-19 itu, kondisi lalu lintas dari pusat kota Batavia menuju Paalmerah sangat ramai dipenuhi para pelawat yang hilir mudik silih berganti.

Dari mulai pejalan kaki, pemikul, sado, kargo kereta berkuda, juga kendaraan roda empat terus melewati jalur ini untuk berbagai keperluan, yang terutama perdagangan.

Menurut informasi para pedagang China, beberapa komoditas yang beredar di wilayah itu antara lain adalah beras, gabah dan padi; ikan kering, minyak tanah, kacang, tepung, mengkudu, bawang, kopi, gula, nila, gambir, babi, minyak, kain cita, kain batik, kayu bakar, sabun, topi jerami, kapur, pasir, batu-batuan, dan semen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini