SuaraJakarta.id - Tak banyak yang tahu jika sejarah Menteng Jakarta adalah asal usul konsep kota modern dan terintegrasi di Indonesia. Hunian modern dan terintegrasi kekinian populer sebagai tempat tinggal modern.
Jauh sebelum itu, di tahun 1910, Belanda sudah membangun Menteng. Seorang arsitek bernama PAJ Moojen yang membuka suatu biro teknis dan mendirikan Kunstkring di Bandung (1904) dan Batavia.
Dikutip dari Encyclopedia Jakarta, pada tahun 1909, ia merancang kantor pusat Nillmij di Jalan Juanda, gedung yang sekarang dipakai oleh asuransi Jiwasraya.
Pada gedung inilah, untuk pertama kalinya digunakan kontstruksi beton bertulang di Jakarta.
Baca Juga:Gegara Ada Warga Sakit Enggan Berobat, 27 Orang Satu RT di Cipayung Positif Covid-19
Moojen merupakan anggota Dewan Kotapraja dan Commisie van toesicht op het beheer van het land Menteng (Komisi Pengawasan dan Pengurusan Tanah Menteng) atau Kondangdia-commissie.
Komisi inilah yang bertugas untuk merencanakan dan membangun Nieuw-Gondangdia, nama semula untuk Menteng.
Pada tahun 1910, Moojen merancang pala jaringan jalan untuk Nieuw-Gondangdia. Pembangunan pola jaringan jalan ini menandakan pertama kalinya di Indonesia, perluasan sebuah kota dilakukan dengan perencanaan yang matang.
Menteng juga dijadikan model pembangunan bagi wilayah-wilayah pemukiman baru di kota-kota lain di Pulau Jawa seperti Surabaya, dan Semarang.
Nieuw-Godangdia dirancang sebagai kota taman (tuinstad) dengan luas tanah melebihi 500 hektare.
Baca Juga:Anak Buah Terpapar Covid Meski Sudah Disuntik, Lantai 4 Kantor Anies Dilockdown
Perkembangan Menteng juga tidak bisa dilepaskan dari seorang arsitek bernama Ir FJL Ghijsels. Arsitek ini lahir di Tulung Agung, Jawa Timur 1882. Tahun 1916, ia mendirikan biro arsitek sekaligus kontraktor yang dinamakan AIA (Algemeen Ingenieursen Architecten Bureau). Tahun 1918, ia ikut merancang jalan dan rumah di Menteng.
Pada tahun 1925, perusahaannya membangun antara lain Logegebouw, kini gedung Bappenas di Taman Suropati. Ghijsels jugalah yang merancang Gereja GPIB Paulus yang berada tepat di samping gedung Bappenas.
Pada era tersebut, mulai dikembangkan juga metode pembangunan Blokkenbouw yang artinya membangun satu blok atau deretan rumah, dimana satu bahkan beberapa jalan yang sejajar dirancang sebagai satu kesatuan yang serasi.
Untuk melihat perkembangan kawasan Menteng dapat memperhatikan Peta Daerah Menteng.
Merupakan peta yang menggambarkan daerah Menteng pada tahun 1874 dan 1923. Peta itu menunjukkan pesatnya perkembangan daerah Menteng setelah dikembangkan sebagai kota taman.
Pada awal abad ke-20 daerah Menteng merupakan bagian di selatan Kali Gresik. Bagian utara Kali Gresik disebut dengan Gondangdia.
Di sebelah selatan, Menteng dibatasi oleh rel kereta api trayek "Tanah Abang-Manggarai" dan oleh Kanal Banjir (1919), yang kini disebut Kali Malang.