Asal Usul Condet dan Legenda Haji Entong Gendut Kesatria Berwajah Codet

Condet berasal dari nama sebuah anak sungai Ci Liwung, yaitu Ci Ondet.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 16 Juni 2021 | 09:44 WIB
Asal Usul Condet dan Legenda Haji Entong Gendut Kesatria Berwajah Codet
Legenda Haji Entong (dikbud)

SuaraJakarta.id - Asal usul Condet Jakarta dan legenda Haji Entong, kesatria bercodet atau berwajah codet yang berani menentang Belanda. Haji Entong Gendut dianggap pahlawan untuk warga sekitar Condet.

Kekinian Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta berencana untuk menjadikan kawasan Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur, sebagai salah satu tempat wisata, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 881 Tahun 2019, yang dalam kunjungan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 14 Maret 2019 lalu secara langsung menyampaikan keinginannya untuk membuat wilayah perkebunan Condet menjadi tujuan wisata yang memadai sekaligus mengedukasi masyarakat yang lebih layak.

Melalui kekayaan khas Betawi yang tersemat pada Condet, Anies Baswedan mengharapkan masyarakat luas dapat mengetahui sejarah panjang kawasan Condet terutama tentang perkebunan buah Condet.

Lalu seperti apakah sejarah panjang kawasan Condet ini?

Baca Juga:3 RW Jakarta Dikepung COVID-19 dan DBD, SMANU MH Thamrin Jakarta Batal Dibuka

Secara geografis Condet merupakan daerah yang terletak di kecamatan Kramat Jati, Kota Jakarta Timur yang terdiri dari tiga kelurahan yaitu Batuampar, Balekambang, dan Kampung Gedung. Kawasan yang terletak di wilayah terbesar di DKI Jakarta ini menyimpan cerita sejarah yang panjang.

Warga memadati tempat digelarnya festival Condet 2017 di kawasan Condet, Jakarta, Minggu (30/7) [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Warga memadati tempat digelarnya festival Condet 2017 di kawasan Condet, Jakarta, Minggu (30/7) [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Condet berasal dari nama sebuah anak sungai Ci Liwung, yaitu Ci Ondet.

Ci memiliki arti air dan Ondet atau ondeh-ondeh merupakan nama sebuah pohon semacam pohon buni yang buahnya bisa dimakan.

Selain itu masyarakat meyakini bahwa Condet berasal dari nama seorang yang memiliki kesaktian dan punya bekas luka di bagian wajahnya atau codet, orang sakti tersebut sering sekali muncul di kawasan Batuampar, Balekambang dan Pejaten yang diduga sebagai Pangeran Geger atau Ki Tua dengan nama sesungguhnya sebagai Haji Entong, yang dikenal berani menentang kolonial Belanda. Dimana aksi Entong yang melakukan aksi bersama 200 pengikutnya dengan melakukan perusakan kendaraan milik tuan tanah Tandjong Oost D.C.

Kawasan Condet dikategorikan sebagai kampung karena karakteristiknya yang unik dan istimewa.

Baca Juga:Prakiraan Cuaca Jakarta Rabu 16 Juni: Sepanjang Hari Hujan

Secara umum kawasan ini didominasi dengan lahan kebun dan rumah dengan mayoritas penduduk kalangan menengah ke bawah, yang istimewa adalah kedudukan Codet yang berada di garis historis perkembangan Jakarta, yaitu sungai Ciliwung yang menghubungkan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan dengan bagian-bagian lain Jakarta.

Jauh sebelum adanya pemukiman Condet, ditemukan beberapa peninggalan purbakala yang usianya diperkirakan dari periode 1500-1000 SM yang ditemukan berupa kapak, Gurdi dan pahat dari batu. Hal ini menandakan bahwa kawasan Condet telah ada sejak ratusan tahun lalu.

Warga memadati tempat digelarnya festival Condet 2017 di kawasan Condet, Jakarta, Minggu (30/7) [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Warga memadati tempat digelarnya festival Condet 2017 di kawasan Condet, Jakarta, Minggu (30/7) [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Condet merupakan kawasan di Jakarta yang kental dengan suku Betawi dan merupakan salah satu pusat budaya dan asal mula sejarah Betawi di Jakarta. Aset-aset budaya Betawi disini masih terjaga dengan sangat baik, seperti alat musik tanjidor, terompet dan alat musik Betawi lainnya. Selain musik kesenian lainnya yang berkembang pesat di kawasan ini seperti sanggar tarian Betawi.

Warga Condet cukup dekat dengan tradisi-tradisi Arab, khususnya ajaran yang dikembangkan oleh Hadramaut, Yaman Selatan dimana imigran dari Hadramaut berdatangan pada abad ke-19 yang terjadi seiring dengan mulai beroperasinya kapal uap yang menggantikan kapal layar, hingga pelayaran lebih cepat dan aman.

Sehingga banyak pula warga keturunan Arab yang bermukim di kawasan Condet. Memasuki kawasan Condet dari Kramat Jati melewati tempat peribadatan Al - Hawi, akan dijumpai deretan penjual busana muslim, setelahnya juga ada penjual minyak wangi dan rumah makan yang menyediakan masakan Timu Tengah

Condet sebagai perkebunan penghasil Duku dan Salak terbesar

Dikutip dari indonesia.go.id berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim Antropologi Fakultas Sastra (saat ini bernama Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia tahun 1980, kawasan Condet merupakan daerah pemukiman masyarakat petani buah jauh sebelum abad ke-17. Kemudian Belanda menguasai kawasan tersebut dan mengakui tanah-tanah yang ada sebagai milik, salah satunya tanah yang berturut-turut diakui sebagai tanah milik tuan tanah bangsa Belanda D.W. Freyer dan keturunan keluarga Ament. Selama kekuasaan para kolonial di Batavia rakyat diharuskan membayar pajak setiap minggunya, apabila tidak membayar maka akan diganjar dengan hukuman kerja paksa dan harta benda mereka dirampas.

Warga memadati tempat digelarnya festival Condet 2017 di kawasan Condet, Jakarta, Minggu (30/7) [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Warga memadati tempat digelarnya festival Condet 2017 di kawasan Condet, Jakarta, Minggu (30/7) [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Pada tahun 1970an mayoritas masyarakat di kawasan Condet masih menggantungkan hidup dengan berjualan hasil panen salak dan duku yang dijual langsung ke pasar minggu. Condet kala itu menjadi sentral buah duku dan salak yang terkenal dengan Duku Condet dan Salak Condet. Di kelurahan Balekambang sendiri pada tahun 1977, tercatat jumlah pohon salak yang mencapai angka 1.656.600 rumpun dan 2.383 pohon duku. Dari jumlah sebanyak itu, hasil panen per tahun bisa mencapai angka 285,7 ton buah salak dan 44 ton buah duku.

Condet Ditetapkan Sebagai Cagar Buah

Namun semenjak dibukanya jalan raya Condet arus urbanisasi terjadi sangat deras di wilayah Condet, yang mengakibatkan aktivitas jual beli tanah di kawasan ini ikut meningkat, selain itu juga disebabkan dengan makin tingginya harga tanah sehingga masyarakat tergoda untuk menjualnya.

Sebelumnya, pada masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin Condet dijadikan pusat cagar budaya Betawi pada tahun 1974 dengan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur No D. IV - 1511/e/3/74 tanggal 30 April 1974 tentang penetapan Condet sebagai Pengembangan Kawasan Budaya Betawi,

Kemudian disusul dengan SK Gubernur No. D.I-7903/a/30/75 pada tanggal 18 Desember 1975, Gubernur kembali menetapkan kawasan Condet sebagai cagar buah

Namun penetapan Condet sebagai cagar budaya mengakibatakan kurangnya minat pendatang untuk bermukim dan berinvestasi dikawasan tersebut. Namun seiring dengan pergantian gubernur penetapan Condet sebagai cagar budaya menjadi terlupakan, terjadi arus urbanisasi yang sulit dikontrol karena desaka ekonomi akhirnya warga lokal disana banyak yang menjual tanahnya dan dialihfungsikan oleh pemilik barunya dengan membangun rumah dan menjadikan perubahan fungsi lahan pertanian.

Sehingga pada tahun 2004 cagar budaya Betawi dipindahkan ke Situ Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Sumber: indonesia.go.id, Jakarta.go.id, UNDIP

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini