Dua Target Anies Saat Puncak Musim Hujan di Jakarta

Puncak musim hujan di Jakarta dan potensi rob diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2022.

Rizki Nurmansyah
Rabu, 13 Oktober 2021 | 12:18 WIB
Dua Target Anies Saat Puncak Musim Hujan di Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (ketiga kiri) bersama Pangkoopsau I Marsda TNI Tedy Rizalihadi (keempat kiri) menyimak penjelasan Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Mulyo Aji (kelima kiri) saat meninjau peralatan dalam Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan Tingkat Provinsi DKI Jakarta, di Silang Selatan Monas, Jakarta, Rabu (13/10/2021). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar]

SuaraJakarta.id - Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta dari perkiraan BMKG, potensi cuaca ekstrem yakni hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada September-November 2021.

Sementara, puncak musim hujan di Jakarta dan potensi rob diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2022.

Terkait ini, setidaknya ada dua target yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam menghadapi puncak musim hujan di Jakarta.

Pertama, Anies menargetkan nihil korban jiwa. Ia menyebut penyebab paling banyak kematian saat puncak musim hujan adalah sengatan listrik.

Baca Juga:Antisipasi Datangnya Musim Hujan, Anies Tambah Alat Ukur Curah Hujan di 267 Kelurahan

Untuk itu, baik masyarakat dan instansi terkait untuk ikut memastikan keamanan sambungan kabel listrik sebagai antisipasi dini.

"Seluruh masyarakat untuk mulai memastikan wilayah, kondisi kampung, rumah relatif aman. Khususnya terkait dengan listrik dan gas karena saat musim hujan sering menimbulkan risiko kecelakaan," kata Anies saat memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di Jakarta, Rabu (13/10/2021).

"Hujan datang dan pergi tapi jangan sampai menyisakan angka kematian, itu artinya antisipasi dari awal. Penyebab paling banyak kematian saat hujan adalah sengatan listrik, pastikan dalam fase siaga, pengamanan ini dilakukan," Anies menambahkan.

Personel Polairud memindahkan perahu karet ke atas kendaraan usai mengikuti Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan Tingkat Provinsi DKI Jakarta, di Silang Selatan Monas, Jakarta, Rabu (13/10/2021). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar]
Personel Polairud memindahkan perahu karet ke atas kendaraan usai mengikuti Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan Tingkat Provinsi DKI Jakarta, di Silang Selatan Monas, Jakarta, Rabu (13/10/2021). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar]

Selain nihil korban jiwa, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menargetkan dalam waktu enam jam setelah hujan berhenti, genangan air sudah surut.

"Begitu hujan berhenti, kami punya waktu enam jam untuk memastikan kering. Kerahkan semua pompa bergerak (mobile), pompa pemadam kebakaran, semuanya, tarik air itu, enam jam surut," imbuhnya.

Baca Juga:Anies: Penyebab Paling Banyak Kematian Saat Hujan Adalah Sengatan Listrik

Begitu juga apabila terjadi limpahan air akibat luapan Sungai Ciliwung, ia menargetkan dalam enam jam kiri dan kanan kawasan dekat bantaran sungai itu sudah kering.

Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengikuti Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan Tingkat Provinsi DKI Jakarta, di Silang Selatan Monas, Jakarta, Rabu (13/10/2021). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar]
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengikuti Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan Tingkat Provinsi DKI Jakarta, di Silang Selatan Monas, Jakarta, Rabu (13/10/2021). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar]

Adapun kapasitas debit air di Sungai Ciliwung, lanjut dia, mencapai 600 meter kubik per detik.

"Apabila air yang melewati Sungai Ciliwung sampai di atas 600 meter kubik per detik, pasti kanan dan kiri menerima limpahan air. Begitu kembali kepada titik 600 meter kubik per detik, maka dihitung enam jam harus kering kawasan kanan kiri yang dilewati," ucap Anies.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini