Yakin Konflik Rusia-Ukraina Berakhir di Meja Perundingan, Pakar Ungkap Moto Ini

"Ada satu moto yang dipegang teguh para diplomat Rusia-Ukraina hingga saat ini, yaitu 'lebih baik 10 tahun berunding daripada satu hari berperang'."

Rizki Nurmansyah
Senin, 28 Februari 2022 | 16:44 WIB
Yakin Konflik Rusia-Ukraina Berakhir di Meja Perundingan, Pakar Ungkap Moto Ini
Pejuang Pertahanan Teritorial Ukraina menguji peluncur granat otomatis yang diambil dari kendaraan infanteri Rusia GAZ Tigr yang hancur setelah pertempuran di Kharkiv, Ukraina, Minggu (27/2/2022). [Sergey BOBOK / AFP]

SuaraJakarta.id - Perundingan damai untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina terus digelorakan. Kedua belah pihak pun dilaporkan tengah melakukan perundingan di Belarusia, Senin (28/2/2022).

Terkait ini, Pakar dari Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Supian, ada kemungkinan konflik Rusia-Ukraina itu akan berakhir di meja perundingan.

Menurutnya, sejarah telah membuktikan bagaimana diplomat Uni Soviet mampu menghindarkan konflik perang nuklir pada 1962.

"Ada satu moto yang dipegang teguh para diplomat Rusia-Ukraina hingga saat ini, yaitu 'lebih baik 10 tahun berunding daripada satu hari berperang'. Slogan ini jadi kurikulum wajib calon diplomat," kata dia, dikutip dari Antara.

Baca Juga:Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Konflik Kakak-Adik, Pakar: Bisa Diredam dengan Budaya

Dari sejarah ini, Supian menyebut Rusia dan Ukraina selayaknya saudara kandung yang tidak bisa dipisahkan.

Pakar Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Supian. [Dok. Unpad]
Pakar Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Supian. [Dok. Unpad]

Karena, kata dia, konflik terjadi akibat geopolitik di Eropa Timur.

"Saya yakin konflik ini akan berakhir di meja perundingan," katanya.

Konflik Kakak-Adik

Di samping itu, Supian menilai invasi Rusia ke Ukraina sebetulnya bisa diredam dengan budaya.

Baca Juga:Masyarakat Wajib Tahu, Konflik Rusia-Ukraina Bisa Berdampak ke Perekonomian Indonesia, Ini Kata Pengamat

Menurutnya, Rusia dan Ukraina layaknya seperti Indonesia dan Malaysia. Karena itu, secara karakter masyarakat dan bahasa, Rusia-Ukraina tidak jauh berbeda.

"Ini sangat disayangkan terjadi konflik kakak-adik. Hal ini bisa diredamkan dengan budayanya sendiri," kata Sopian.

Supian yang pernah tinggal tujuh tahun di Moskow dan Voronezh di perbatasan Rusia-Ukraina, menyebut banyak warga negara Ukraina yang sehari-hari sekolah ataupun bekerja di Rusia.

Dua di antaranya berasal dari Provinsi Donestk dan Provinsi Luhansk, wilayah di Ukraina yang akhirnya diakui kedaulatannya oleh Rusia.

Setiap akhir pekan, kata dia, mereka yang beraktivitas di Rusia mudik ke Ukraina.

Seorang wanita meletakkan bunga di luar kedutaan Ukraina di Moskow, setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran di Ukraina (24/2/2022). [ANTARA/Reuters/as]
Seorang wanita meletakkan bunga di luar kedutaan Ukraina di Moskow, setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran di Ukraina (24/2/2022). [ANTARA/Reuters/as]

"Secara kekerabatan masyarakat, sebenarnya tidak ada masalah. Sampai sekarang pun masyarakat Rusia dan Ukraina biasa saja," katanya.

Warga Ukraina etnis Rusia banyak bermukim di sana sejak dulu. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak