Pasalnya, menjelang buka puasa akan ada orang dermawan yang membagikan makanan hingga sembako.
"Sepanjang jalan ini semua pemulungnya orang Karawang, jadi dari satu lingkungan tempat tinggal di kampung pemulung, kita nongkrong di sini," paparnya.
![Salah satu manusia gerobak di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/04/19/14575-manusia-gerobak-di-tangsel.jpg)
Senada diungkapkan oleh pemulung lainnya yang mengaku bernama Miranda (32). Setiap hari dia mangkal di jalur pedestrian itu bersama anaknya Adul (5). Sementara sang suami berkeliling mencari rongsokan.
"Ngerongsok lebih gampang enggak perlu modal. Paling banyak Rp 200 ribu, kadang Rp 150 ribu. Nggak tentu," katanya sambil tertawa saat penghasilannya disamakan dengan UMR karyawan di Tangsel yang mencapai Rp 4 juta lebih selama sebulan.
Baca Juga:Menilik Produksi Al Quran Braile di Tangsel, Jadi Lentera Menerangi Tunanetra di 3 Benua
Dia mengaku, sengaja membawa anaknya untuk ikut mangkal di pinggir jalan lantaran tak ada orang yang menjaga di tempat mereka tinggal.
"Sudah dari dulu ngerongsok, dari sebelum nikah. Anak dibawa karena nggak ada yang jagain," ungkapnya.
Meski mengaku sudah cukup lama menjadi pemulung bergerobak, dia mengaku, tak pernah sekalipun tertangkap razia saat mangkal di pinggir jalan.
"Kagak pernah ditangkap Satpol PP saya mah bawa gerobak nggak pernah (dirazia)," pungkasnya.
Kontributor : Wivy Hikmatullah
Baca Juga:Kucing-kucingan Buka Saat Ramadhan, 4 Tempat Hiburan Malam di Tangsel Digerebek