SuaraJakarta.id - Perjalanan brand lokal dalam meraih pasar tak lepas dari growth-mindset dan peran sentral para founder yang jeli dalam melihat peluang bisnis.
Wujud nyata komitmen tersebut di antaranya bisa dilihat pada dua entitas yang dinaungi oleh brand aggregator Tjufoo, yakni merek aksesori gadget ACMIC dan produsen kitchenware Cypruz. Kedua brand berhasil menjadi top of mind para konsumen berkat keunggulan produk, inovasi, dan ragam desain yang sesuai selera pasar.
Heri Hartanto, CEO & Founder ACMIC Indonesia, menceritakan bisnisnya bermula dari hobi mengulik gadget dan pengalamannya menjadi distributor brand global. Pada tahun 2017, Heri memutuskan untuk mengembangkan brand lokalnya sendiri karena optimis bisa lebih memahami minat konsumen dan potensi pasar di Tanah Air.
Melalui keteguhannya dalam membangun brand lokal yang bersaing dan berkualitas global, ACMIC berhasil memenangkan Brand Campaign of the Year dan Brand Choice Award yang semakin memperkuat daya tariknya terhadap konsumen.
Baca Juga:Sosok Sembilan Naga dan Gurita Bisnis di Indonesia
Peribahasa if you want to go fast go alone, if you want to go far go together menginspirasi Heri untuk menjalin kemitraan strategis bersama Tjufoo dalam mewujudkan ambisi ekspansi ke ranah offline dan naik level ke tingkat selanjutnya.
“Sejak Juni 2022, ACMIC resmi bergabung dengan ekosistem Tjufoo, kemudian pada Oktober 2022 kami akhirnya mulai melakukan distribusi offline. Saat ini, sebanyak lebih dari 1.000 toko offline telah dijangkau oleh ACMIC, termasuk bergabungnya brand ini ke dalam jaringan pemasaran Erafone, serta menjadi satu-satunya brand lokal dengan sertifikasi resmi dari Apple untuk berjualan di iBox,” jelas Heri.
Di lain pihak, Andre Susilo, Founder & CEO Cypruz, bercerita tentang awal mula dirinya menjadi seller di Mangga Dua hingga merintis brand lokal Cypruz. Berbeda dengan ACMIC, ambisi ekspansi ke ranah online justru menjadi alasan Cypruz bermitra dengan Tjufoo.
“Sebuah keputusan yang tepat bagi kami bergabung dengan Tjufoo. Kini, Cypruz membukukan peningkatan penjualan online hingga 7 kali lipat dan tersedia luas di hampir semua jaringan supermarket nasional dengan kapasitas warehouse mencapai satu hektar,” ungkap Andre.
Dijelaskan pula oleh Andre bahwa pasca-bergabung dengan ekosistem Tjufoo, Cypruz akhirnya dibantu menemukan blindspot penjualan berdasarkan data-driven insight dan expertise yang dimiliki, sehingga pengambilan keputusan bisa lebih objektif dan tepat sasaran.
Baca Juga:Okin Buka Bisnis Kuliner Baru di Jogja, Konsepnya Plek Ketiplek Restoran Mie Kari di Tangerang
“Produk kitchenware Cypruz sangat beragam bahkan mencapai 1.000 SKU. Namun, Tjufoo justru melihat fakta tersebut riskan melemahkan pemasaran dan brand awareness. Oleh karenanya, Tjufoo pun memberikan rekomendasi produk unggulan yang perlu menjadi fokus berdasarkan data-driven insight minat konsumen. Di Tjufoo, yang kami cari bukan investasi, melainkan tim ahli yang berpengalaman membesarkan brand secara global,” tambah Andre.
TJ Tham, CEO & Co-Founder Tjufoo, mengungkap peran sentral Tjufoo sebagai brand aggregator bagi brand lokal adalah memberikan sudut pandang yang strategis dan objektif untuk pertumbuhan bisnis yang lebih terukur (tangible growth), sekaligus membuka jalur distribusi online-to-offline (O2O) yang menjadi masa depan perdagangan ritel.
“Landscape commerce saat ini hingga ke depannya sangat dinamis. Dengan bergabung bersama kami, brand lokal potensial dapat fokus mengembangkan bisnis dari sisi produk, sementara kami membantu memberikan sudut pandang strategi bisnis dengan mempertimbangkan landscape nasional, regional, maupun global. Sinergi ini membuat brand lokal dapat lebih objektif dalam menyusun strategi, termasuk dengan mengoptimalkan strategi online-to-offline (O2O) di momen kebangkitan ritel demi menguatkan brand presence dan diversifikasi saluran penjualan,” ungkap TJ.
Sementara itu, di tengah aktivitas offline yang kembali diminati, brand ACMIC dan Cypruz sama-sama memutuskan untuk kembali meramaikan pameran niaga terbesar se-Asia Tenggara yang telah melekat sebagai ikon HUT Jakarta setiap tahunnya, Jakarta Fair 2023.
Tak tanggung-tanggung, kedua brand menawarkan berbagai promo fantastis, seperti buy 1 get 1 free dan diskon hingga 65% yang hanya tersedia offline selama pameran berlangsung sampai dengan 16 Juli mendatang.
Kedua brand sepakat Jakarta Fair 2023 menjadi ajang yang tepat dalam memperluas basis pelanggan di tengah pemasaran offline yang kembali relevan pasca-pandemi.
Minat untuk berbelanja offline juga selaras dengan studi KPMG yang mengungkap bagaimana konsumen terdorong untuk kembali berbelanja offline karena lebih mudah mengontrol pengeluaran dan meninjau promosi secara langsung di toko. Tren yang sama dikemukakan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) yang menyoroti pergerakan masyarakat yang semakin ramai dan berani berbelanja secara fisik.
“Pasca pandemi, mayoritas konsumen sudah terbiasa berbelanja online, tapi tak bisa dipungkiri pemasaran offline tetap diperlukan untuk menyasar segmen konsumen yang tertarik mengulik produk incaran secara langsung, dan tentunya mendekatkan diri kepada pelanggan," ucap Heri Hartanto, CEO & Founder ACMIC Indonesia.
Andre Susilo, Founder & CEO Cypruz, mengungkap bagaimana partisipasinya di Jakarta Fair 2023 menjawab minat konsumen yang masih ingin menjajal secara langsung kualitas produk kitchenware dari brand yang dibangunnya.
“Antusiasme pelanggan terhadap kehadiran Cypruz di Jakarta Fair ini pun sangat tinggi, terlihat pada tahun lalu kami berhasil merogoh keuntungan hingga miliaran rupiah. Di tahun ini pun, kami berhasil membukukan omzet harian mencapai ratusan juta rupiah,” tambah Andre.