"Sasaran program ini bukan penerima upah, bukan karyawan. Sasarannya mereka yang punya penghasilan, tapi bukan pekerja penerima upah. Di Salatiga di wilayah pegunungan ada banyak kelompok petani. Kita masuk di sana, kita dekati, dan menyosialisasikan produk BPJS Ketenagakerjaan. Selain kelompok tani, ada juga kelompok pelatihan tukang jahit, pedagang. Kita bisa sambil menawarkan BPJS Ketenagakerjaan bersamaan dengan menawarkan produk Pospay dan QRIS," kata Yoga.
Setelah sukses mendapatkan banyak peserta baru BPJS Ketenagakerjaan dari kelompok tani, Yoga dan timnya akan mencoba menerapkan cara berbeda.
"Ke depan kita akan meniru tips yang dilakukan Kantorpos lain seperti digitalisasi pasar dan pedagang. Bisa kita atur, tiru, modifikasi," ucapnya.
Sementara, juara ketiga yaitu Sabrina Jeanette dari KC Ngajuk 64400 menyebutkan kunci sukses timnya ialah dengan menyasar para pedagang di pasar.
"Segmen kami menyasar orang-orang di pasar. Kita lakukan digitalisasi pasar. Kita tawarkan QRIS kepada pedagang, sekaligus kita tawarkan untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Kami bekerja sama dengan Dinas Perdagangan, mereka mewajibkan pedagang untuk mempunyai asuransi," ujar Sabrina.
Menawarkan asuransi kepada para pedagang diakui Sabrina, gampang-gampang susah. Kebanyakan para pedagang mempertanyakan alasan mengapa harus punya asuransi.
"Kendala di awal calon peserta ragu kenapa harus ikut asuransi. Kita jelaskan manfaatnya untuk perlindungan kecelakaan kerja, kematian, bahkan untuk tabungan pensiun. Kami sifatnya tidak memaksa," katanya.
Strategi ke depan, Sabrina dan timnya akan membidik para petani. Untuk memuluskan rencana tersebut Sabrina akan menggandeng Koperasi Unit Desa (KUD).
"Untuk periode dua, kami akan menyasar para petani. Kami bekerja sama dengan KUD untuk menawarkan BPJS Ketenagakerjaan ini," tuturnya.
Baca Juga:Kemudahan Berkurban dengan Aplikasi Superapps Pospay
Strategi yang kurang lebih seupa juga diterapkan Anis Citrawati, Eksekutif Manager Kantopos Cabang Utama Ungaran.