Bantah Salah Kaprah Soal LRT Jabodebek dan LRT Jakarta, Jupiter NasDem: Saya Persingkat Bacanya

Anggota Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta Jupiter klaim sebenarnya memahami perbedaan pembuat dan pengelola dua moda angkutan kereta ringan itu.

Chandra Iswinarno | Fakhri Fuadi Muflih
Kamis, 12 Oktober 2023 | 16:54 WIB
Bantah Salah Kaprah Soal LRT Jabodebek dan LRT Jakarta, Jupiter NasDem: Saya Persingkat Bacanya
Anggota Fraksi NasDem, DPRD DKI Jakarta Jupiter. [Suara.com/Fakhri]

SuaraJakarta.id - Anggota Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta Jupiter menyampaikan klarifikasi mengenai anggapan salah kaprah  LRT Jabodebek dan LRT Jakarta.

Ia mengaku sebenarnya memahami perbedaan pembuat dan pengelola dua moda angkutan kereta ringan itu.

Namun, saat membacakan pandangan Fraksi NasDem terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 pada Senin lalu, Jupiter mengaku tidak membaca secara keseluruhan.

Ada bagian yang sengaja dipotong untuk mempersingkat durasi.

Baca Juga:Fraksi NasDem DPRD DKI Salah Kaprah Tak Bisa Bedakan LRT Jabodebek dengan LRT Jakarta, FDTJ: Miris!

"Jadi saya persingkat bacanya, jadi yang penting penting saja, kalau saya baca keseluruhan itu kurang lebih ada 15 lembar pandangan fraksi kepanjangan, apalagi pimpinan sidang waktu itu minta dipersingkat," ujar Jupiter di Hotel Grand Cempaka, Puncak, Jawa Barat, Kamis (12/10/2023).

Ia menyebut, permintaan kepada Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono agar tidak menaikkan tarif LRT Jabodebek merupakan saran untuk pemerintah pusat, khususnya PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Apalagi, Heru adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang juga menjabat Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres).

"Namanya Pj Gubernur itu dia kan ASN, pak Heru kan ASN ditunjuk oleh Kemendagri atas seizin Presiden Republik Indonesia, artinya dia sebagai penambang lidah dari pemerintah pusat," ucapnya.

Menurutnya, menaikkan tarif LRT akan memberikan dampak perekonomian yang besar.

Baca Juga:Kok Bisa Belum Setahun Kereta LRT Jabodebek Udah Mogok, Apa Penyebabnya?

Masyarakat bisa jadi enggan beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke angkutan umum karena biayanya terlalu mahal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini