Cerita Udin, Suka Duka 32 Tahun Jadi Porter Di Stasiun Pasar Senen

Dalam sehari, jika sedang ramai seperti musim lebaran, Udin bisa meraup Rp 200-Rp 250 ribu per shift

Bangun Santoso | Faqih Fathurrahman
Selasa, 16 April 2024 | 19:59 WIB
Cerita Udin, Suka Duka 32 Tahun Jadi Porter Di Stasiun Pasar Senen
Udin, salah satu porter di Stasiun Pasar Senen saat membawa barang penumpang. (Suara.com/Faqih)

SuaraJakarta.id - Ramainya jumlah penumpang saat arus balik lebaran Idul Fitri menjadi harapan tersendiri bagi para penyedia jasa angkut alias porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Salah satunya, Chaerudin. Pria berusia 55 tahun ini mengatakan, untuk mendapatkan orang yang menggunakan jasanya, dirinya harus bersikap ramah dalam menawarkan jasa.

“Ibu bapak mau naik kereta apa, mau dibantu porter? Udah gitu aja,” kata pria yang sering disapa Udin ini, saat ditemui Suara.com, Selasa (16/4/2024).

Baca Juga: Bikin Terenyuh! Demi Sesuap Nasi Ribuan Porter Berlarian Berebut Angkat Barang Penumpang

Namun tak sedikit juga para calon penumpang yang tak menggubrisnya. Sikap ramah Udin sering diacuhkan oleh para penumpang baik yang mau berangkat atau baru saja tiba di Stasiun Senen.

Menurut Udin, pada musim lebaran dan arus balik seperti ini, dirinya ikut mendapatkan manisnya pendapatan. Dalam sehari, jika sedang ramai seperti musim lebaran kemarin dirinya bisa meraup Rp 200-Rp 250 ribu per shift.

“Kita kan per shift. Kalo sekarang ini saya masuk malam,” katanya.

Kata dia, tidak ada tarif khusus yang dipatok olehnya. Pendapatannya berdasarkan keilhlasan orang-orang yang ia bantu dalam mengangkut barang.

Baca Juga: Keluh Kesah Porter Di Stasiun Pasar Senen: Penumpang Ramai, Tapi Seret Pendapatan

“Seikhlasnya aja. Kadang ada yang ngasih Rp 20 ribu, Rp 30, bahkan ada yang ngasih Rp 50 ribu,” ungkapnya.

Meski usianya tidak lagi muda, namun Udin masih mampu mengangkat beban seberat 50 kilogram sekali jalan.

Kunci dirinya masih perkasa dalam mengangkat barang, yakni ia rutin mengonsumsi jamu tradisional dan pijat jika dirinya sudah mulai kelelahan.

“Kalau angkat barang masih kuat. Beban 50 kg masih keangkat. Gak pernah encok, saya rutin minum jamu dan pijat,” katanya.

Selama 32 tahun menjadi porter bukan waktu yang singkat. Udin telah banyak merasakan asam garam kehidupan di Stasiun Senen.

Salah satu yang paling diingat olehnya yakni ada salah seorang penunpang yang menggunakan jasanya, namun tak memberikan uang.

Buat Udin itu bukan hal yang harus diambil pusing. Dalam lubuk hatinya hanya bisa ikhlas menerima itu semua.

“Kadang pernah gak ada penglaris. Pernah ada orang minta tolong tapi gak dibayar, tapi saya ikhlas. Selang beberapa hari ada aja rejeki, jadi dibalas sama yang lain,” kata Udin membagikan pengalamannya.

Dalam menjalani profesinya, Udin berpegang teguh pada kejujuran dan rasa ikhlas.

Terkadang dirinya sering menemukan barang berharga milik penumpang, baik ponsel maupun barang berharga lainnya.

Udin tidak memanfaatkan hal itu untuk menambah penghasilannya. Ia justru mengembalikan barang tersebut ke petugas Stasiun Senen.

“Nomor porter saya dicatat sama petugas, terkadang yang punya barang nyari saya karena sudah nemuin barangnya. Sering juga ada yang ngasih uang terima kasih,” imbuh dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini