SuaraJakarta.id - Gubernur terpilih DKI Jakarta, Pramono Anung memberikan ancaman pada pelaku pengrusakan bakau alias mangrove di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Ia mengaku akan meminta pertanggungjawaban dari pelaku setelah dirinya dilantik sebagai kepala daerah.
Pramono tak memberikan toleransi pada pelaku pengrusakan alam. Ia akan meminta perusak mangrove untuk melakukan penanaman ulang agar kembali seperti semula.
"Siapapun (pelakunya) nanti kalau saya jadi gubernur, saya minta bertanggung jawab untuk menanam kembali mangrove di tempat itu," ujar Pramono usai menanam mangrove di Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, (5/3/2025).
Pramono menyebut keberadaan mangrove di kawasan pesisir Jakarta sangat penting. Sebab, Jakarta masih Dihantui ancaman penurunan muka tanah dan mangrove merupakan salah satu solusi pencegahannya.
Baca Juga:Persija Mudah Kebobolan, Carlos Pena: Kami Harus Bertahan Lebih Baik
Karena itu, pembabatan mangrove dan pengerukan pasir di perairan Pulau Pari oleh PT CPS untuk kepentingan usahanya di Pulau Biawak tidak dapat dibenarkan. Sebab, hal ini telah menyebabkan Pulau Pari terkena abrasi bahkan banjir.
"Penurunan permukaan tanah di Jakarta ini sekitar kurang lebih 5 cm per tahun. Abrasi terjadi di pantai utara, apa yang terjadi di Pulau Pari, tetapi kan di sana juga ditanam mangrove, kemudian mengalami kerusakan. Ini dampaknya besar bagi pulau tersebut," ucap Pramono.
Lebih lanjut, Pramono juga mengaku akan makin gencar melakukan penanaman mangrove di periode kepemimpinannya. Salah satu program yang ia gagas yakni Giant Mangrove Wall, selain proyek Giant Sea Wall yang dijalankan pemerintah pusat.
"Saya serius untuk lebih mengembangkan Giant Sea Wall-nya tetap, tapi di atasnya ada mangrove. Maka saya menyebutnya menjadi Giant Mangrove Wall. Kenapa itu harus dilakukan? Karena memang mau tidak mau, suka tidak suka, kita yang membutuhkan mangrove," pungkasnya.