Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 26 April 2021 | 09:00 WIB
Khadijah alias Theresa Rosa, gadis yang menjadi mualaf saat ditemui di Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An-Naba Center Indonesia, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Semenjak menjadi santri di Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An-Naba Center Indonesia, Tangsel, Khadijah kini semakin yakin dengan agama yang dia pilih. Dia merasa tenang dan belajar lebih luas lagi soal Islam.

Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An-Naba Center Indonesia, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Di yayasan tersebut, dia belajar banyak hal. Mulai dari membaca Quran, fiqih, terutama soal akidah dan tauhid.

Kini, dia memiliki pelajaran favorit yakni fiqih karena bisa mengetahui lebih luas soal aktivitas sehari-hari yang diatur dalam agama Islam.

"Paling suka soal fiqih, lebih banyak wawasannya soal aktivitas sehari-hari. Yang susah bahasa arab, nahwu shorof," tuturnya.

Baca Juga: Menelisik Masjid Jami Kalipasir Tangerang, Ada Peninggalan Sunan Kalijaga

Dia berharap, langkahnya hijrah bisa memotivasi sahabat dan teman-teman kecilnya dan di sekolahnya. Bahkan, Khadijah selalu mengirimi pesan-pesan keislaman kepada temannya melalui media sosial.

"Tesha bukan fanatik sama Kristen, tapi karena Thesa tahu mana yang benar. Thesa harap kalian mau baca. Thesa mohon sekali-sekali baca biar tahu, Thesa harap kalian juga bisa seperti Thesa. Buat yang mencari jati diri Islam bisa kabarin Thesa. Apa yang ditampilkan di TV soal pemboman pakai cadar, bukan berarti Islam tukang bom. Itu bukan Islam sebenarnya," pungkas Khadijah.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More