"Apa motivasinya dia melakukan tindak pidana itu sudah jelas disampaikan, bahwa yang dirasakan oleh dia adalah perasaan gelisah," kata Pandra.
"Apalagi pada saat itu kegiatan itu berlangsung tidak jauh dari rumah tersangka," sambungnya.
Sering Bermasalah
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, Alfin ternyata kerap hidup berpindah-pindah. Mulai dari ikut bersama pamannya, lalu sempat juga tinggal bersama kakeknya.
Baca Juga:Kalau Kasus Penusukan Syekh Ali Jaber Ditutup Polisi Nanti Dicurigai Lagi
Bagi keluarganya, Alfin dicap sebagai beban karena kerap berbuat masalah.
"Dan selalu menjadi beban orangtuanya," kata Pandra.
Status Alfin sendiri merupakan lajang tanpa pekerjaan tetap.
Pandra menuturkan, Alfin selalu dianggap sebagai masalah bagi keluarganya, di manapun dia berada.
"Di dalam kesehariannya juga sering bermasalah di dalam keluarganya. Artinya selalu menjadi beban keluarga di manapun dia berada," jelas Pandra.
Baca Juga:Meski Gila, Penusuk Syekh Ali Jaber Akan Diseret ke Pengadilan

Tak Punya Musuh
Di sisi lain, Syekh Ali Jaber mengaku insiden penusukan tersebut menjadi pengalaman buruk pertama selama 12 tahun berdakwah di Indonesia.
Dirinya juga merasa tidak mempunyai musuh siapapun lantaran dalam berdakwahnya selalu menjaga kedamaian para umat.
Menurutnya, perdamaian tersebut tidak hanya dilakukan kepada sesama muslim, melainkan juga para tokoh agama lain.
Pengakuan tersebut disampaikan Syekh Ali Jaber dalam acara Kabar Petang TVOne, Senin (14/9/2020) lalu.
"Alhamdulillah selama 12 tahun enggak pernah saya mengalami hal seperti ini, maupun di sosial media Alhamdulillah hubungan saya baik sama seluruh masyarakat, tokoh-tokoh, bahkan tokoh beda agama," ujar Syekh Ali Jaber.