140 Keluarga di Bogor Menjadi Sumber Penularan Covid-19 Tertinggi

Berdasarkan data dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 penyumbang virus yang berasal dari negara China untuk klaster keluarga sebanyak 140 keluarga.

Bimo Aria Fundrika
Kamis, 17 September 2020 | 19:55 WIB
140 Keluarga di Bogor Menjadi Sumber Penularan Covid-19 Tertinggi
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

SuaraJakarta.id - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menyebutkan kasus positif Covid-19 salah satu penyumbang tertinggi berasal dari klaster keluarga (rumah tangga).

Berdasarkan data dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 penyumbang virus yang pertama kali ditemukan di China untuk klaster keluarga sebanyak 140 keluarga.

"Saat ini klaster keluarga ada sebanyak 140 keluarga, itu total semuanya ya," kata Retno yang juga Jubir Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Kamis (17/9/2020).

Klaster keluarga tentunya masih menjadi ancaman penyebaran Covid-19 di Bogor. "Itu (klaster keluarga) masih menjadi ancaman, dari positif Covid-19 di kita (Kota Bogor)," ucapnya.

Baca Juga:Kartu Contactless Payment Permudah Masyarakat Transaksi Selama Pandemi

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno. (Suara.com/Andi Ahmad Sulaeni)
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno. (Suara.com/Andi Ahmad Sulaeni)

andnBukan hanya itu saja non klaster yang tidak diketahui dimana terpapar nya menjadi ancaman juga. Karena kasus tersebut dipastikan terinfeksi di tempat fasilitas umum.

"Karena non klaster ini kalau dalam istilah Covid-19 itu transmisi lokal dan tidak di ketahui gejala nya. Kita tidak tahu kontak dengan pasien positif atau tidak, tapi ini biasanya di angkot (angkutan perkotaan), pasar dan area publik," imbuhnya.

Berdasar data dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura kata Retno, survei persepsi risiko Covid-19 di Kota Bogor dengan melibatkan 21.000 orang masih banyak yang tidak paham apa itu virus yang berasal dari China tersebut.

"Data yang didapat oleh kita dari NTU, ada 16 persen masyarakat Bogor masih percaya bahwa virus ini buatan manusia (konspirasi), 29 persen itu yang percaya bukan Covid-19 dan sisanya itu tidak tahu dan masih ragu-ragu apa itu Covid-19," jelasnya.

Maka dari itu dengan adanya program gencarkan edukasi kepada masyarakat yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Bogor melalui tim merpati dan elang diharapkan bisa maksimal.

Baca Juga:Satgas Covid-19 Klaim, Kasus Aktif Indonesia Lebih Rendah Dibanding Dunia

"Kita perlu gencar melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pemahaman Covid-19, bagaimana sih Covid-19 itu penularannya, dan pencegan. Jadi protokol kesehatan itu menumbuhkan kesadaran dari pakai masker salah satunya," ucap Retno.

Sementara Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, menjelaskan saat ini kasus positif Covid-19 tertinggi masih ada di klaster keluarga, maka dari itu pihaknya akan memaksimalkan tim elang dan merpati untuk kerja ekstra selama dua Minggu ke depan.

"Klaster keluarga masih menjadi penyumbang terbanyak, kita akan kerja ekstra dengan tim yang sudah di bentuk," kata Bima.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini meminta kepada para lurah dan camat agar bekerja secara maksimal selama dua Minggu kedepan untuk menekan angka positif Covid-19 di Bogor.

"Saya minta semua selama dua Minggu ini all out (seluruh tenaga) untuk gencarkan tiga hal yaitu pembatasan aktivitas warga zona merah, penguatan edukasi dan pelaksanaan protokol kesehatan," imbuhnya.

Berdasarkan data dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor dari laporan 24 jam yang diterima Kamis (17/9/2020), ada penambahan kasus positif baru sebanyak 23 orang, pasien sembuh 13 orang, dalam pengawasan sembilan orang dan pasien positif meninggal dunia satu orang.

Hal tersebut membuat total kasus Covid-19 di Kota Hujan ini menjadi 964 kasus, dengan rincian 39 pasien meninggal, 304 masih diisolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 Bogor, 621 pasien dinyatakan sembuh oleh tim dokter. 

Kontributor : Andi Ahmad Sulaendi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini