SuaraJakarta.id - Syarifah Sofiah Dwikorawati menjadi Sekertaris Daerah Kota Bogor perempuan pertama. Wali Kota Bogor Bima Arya mengumumkan nama Syarifah Sofiah Dwikorawati pengganti Ade Sarip Hidayat yang memasuki masa pensiun, Rabu (30/9/2020).
Syarifah Sofiah Dwikorawati adalah ibu satu anak yang lahir pada 10 November 1964 dan besar di Kota Bogor.
Syarifah Sofiah Dwikorawati juga tercatat sebagai alumni SD Pengadilan 1 Kota Bogor, SMP Negeri 4 Kota Bogor, dan SMA Negeri 2 Kota Bogor.
Kemudian Syarifah melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, yakni S1 Sarjana Perikanan IPB University, S2 Magister Saint Ilmu Pengelolaan dan Sumber Daya Alam di IPB University, S3 Doktor Ilmu Pengelolaan dan Sumber Daya Alam di IPB University.
Baca Juga:Sebelum Pilih Syarifah Jadi Sekda Kota Bogor, Bima Arya Salat Istikharah
Syarifah Sofiah Dwikorawati juga pernah mengikuti berbagai macam pendidikan informal, baik di dalam maupun luar negeri.
Tiga kursus terakhir yang diikuti Syarifah adalah Regional Economic Development Strategy University of California di Los Angeles, Amerika Serikat pada 2017, Participated in the Knowledge Co-Creation Program (Country Focus) di Jepang pada 2018 dan Urban Management and Local Development di Rotterdam, Belanda pada 2018.
Syarifah Sofiah Dwikorawati dilantik sebagai Sekda Kota Bogor pada Kamis (1/10/2020) oleh Bima Arya.
Bima menyebut terpilihnya Syarifah Sofiah Dwikorawati sebagai Sekda merupakan babak baru bagi Kota Bogor dan juga Kabupaten Bogor.
“Ibu Syarifah adalah birokrat senior. Insya Allah akan banyak persoalan-persoalan yang selama ini belum tuntas, akan tuntas. Sebagian besar persoalan Kota Bogor Insya Allah akan terakselerasi solusinya ketika koordinasi menjadi lebih baik,” ujar Bima.
Baca Juga:Bima Arya: Klaster Keluarga Ditularkan dari Perkantoran Luar Bogor
Pengamat Kebijakan Publik sekaligus Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Yusfitriadi menilai bahwa Syarifah merupakan sosok yang tepat sebagai Sekda Kota Bogor karena sudah membuktikan perannya di sejumlah jabatan.
Syarifah sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bappeda yang menjadi dapur dari desain dan perencanaan program-program pemerintah.
"Jadi yang meracik berbagai macam program kinerja Pemda adalah Bappeda. Makanya kemudian pengalaman itulah yang bisa dijadikan sebagai rujukan bagaimana Bu Syarifah pas untuk masuk di Sekda Kota Bogor,” kata Yus.
Yus menyatakan, ada tiga hal yang harus diseimbangkan oleh sosok Sekda, yakni visi dan misi Pemerintah Kota Bogor yang dikomandani oleh Bima Arya dan Dedie Rachim, karakteristik orientasi politik dari Bima-Dedie, dan implementasi visi dan misi oleh SKPD.
“Inilah yang kemudian yang harus diseimbangkan oleh Sekda. Karena Sekda tidak hanya sekedar fungsi koordinasi dengan SKPD tapi juga harus mempunya fungsi penyeimbang antara visi dan misi wali kota dan wakil wali kota yang kemudian dijadikan visi misi Kota Bogor dengan implementasi dari leading sector-nya adalah SKPD untuk melaksanakan kinerja-kinerja program pemerintah yang akan dikerjakan untuk kepentingan kemaslahatan warga Kota Bogor,” ujarnya.
“Ketika berangkat dari situ, maka kemudian membutuhkan Sekda yang tidak hanya prestisius dilihat dalam perspektif administratif atau portofolio. Tapi juga orang yang mempunyai daya imbang itu. Kalau portofolio saya pikir relatif mudah, apalagi sifatnya administratif,” tandasnya.
Syarifah, kata Yus, juga harus mensubstantifkan berbagai macam agenda Bima Arya yang akan diimplementasikan oleh SKPD dan juga harus menata relasi antara pemerintah daerah dalam hal ini eksekutif dan legislatif
“Karena memang harmonisasi relasi antara eksekutif dengan legislatif itu penting. Bahkan legislatif punya banyak peran, peran pengawasan, budgeting, legislasi, itu berhubungan erat dengan eksekutif. Sehingga kalau kemudian disharmonis maka tentu program-program Pemerintah Kota Bogor dengan mimpi-mimpinya Bima Arya itu akan terkendala. Bu Syarifah punya kans untuk menyeimbangkan itu dan menata kelola itu,” terang dia.