SuaraJakarta.id - Puasa Ayyamul Bidh atau puasa tengah bulan merupakan salah satu ibadah sunah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 di bulan Hijriah berdasarkan kalender Qomariah. Kecuali di hari tasyrik pada 13 Dzulhijjah.
Lantas tanggal berapakah puasa Ayyamul Bidh pada bulan Februari ini? Berikut jadwal puasa Ayyamul Bidh bulan Februari, asal-usul, niat, dan keutamaannya.
Jadwal Puasa Sunnah Ayyamul Bidh
Baca Juga:Niat Puasa Ayammul Bidh dan Keutamaan Puasa Sunnah 25-27 Februari 2021
Seperti dipaparkan di atas, puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunah yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut pada setiap pertengahan bulan Hijriah, yaitu tanggal 13, 14, dan 15.
Itu artinya pada bulan Rajab 1442 Hijriah saat ini, puasa Ayyamul Bidh jatuh pada 13, 14, dan 15 Rajab. Sementara bila diubah ke kalender Masehi, maka puasanya jatuh pada tanggal 25, 26, dan 27 Februari 2021.
Secara harfiah, Ayyamul Bidh memiliki arti hari-hari putih. Karena pada tanggal 13, 14, dan 15, bulan sedang terang-benderang menuju purnama seperti tampak putih.
Ada dua pendapat mengenai asal-usul puasa Ayyamul Bidh.
Baca Juga:Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Bulan Februari 2021 dan Keutamaannya
Dikutip SuaraJakarta.id—grup Suara.com—dari laman nu.or.id, Rabu (24/2/2021), berdasarkan keterangan dalam kitab “Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari” dijelaskan bahwa dinamai Ayyamul Bidh terkait kisah Nabi Adam AS saat diturunkan ke dunia.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, saat Nabi Adam AS diturunkan ke bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari. Sehingga menjadi hitam/gosong.
Kemudian Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Adam untuk berpuasa selama tiga hari (tanggal 13, 14, 15).
Saat puasa pada hari pertama, sepertiga badannya menjadi putih. Puasa hari kedua, sepertiganya lagi menjadi putih. Puasa hari ketiga, sepertiga sisanya menjadi putih.
Berdasarkan pendapat lain dalam kitab Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari juz XVII, halaman 80, dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang-benderang disinari rembulan.
Dan rembulan selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali. Karenanya, pada hari-hari itu malam dan siang seluruhnya menjadi putih (terang)— lihat Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi.
Sebelum menunaikan puasa Ayyamul Bidh, sebaiknya membaca niat puasa terlebih dahulu.
Berbeda dengan puasa Ramadan di mana niat puasa harus di malam hari, maka puasa sunah boleh di pagi hari.
Semisal pada pagi atau siang, saat bangun tidur belum makan dan minum serta belum melakukan hal yang membatalkan puasa, boleh dilanjutkan menjadi puasa.
Berikut niat puasa Ayyamul Bidh:
"Nawaitu shouma ghadin ayyamal bidhi sunnatan lillahi ta'ala”
Artinya: "Saya niat berpuasa besok pada ayyamul bidh sunah karena Allah Ta'ala.”
Sementara itu, jika niat diucapkan pada saat sudah terbitnya fajar, bacaan niat puasa Ayyamul Bidh sebagai berikut:
“Nawaitu sauma ayyami bidh sunnatan lillahi ta’ala”
Artinya: "Saya berniat puasa ayyamul bidh sunah karena Allah ta’ala."
Puasa sunnah Ayyamul Bidh ini memiliki sejumlah keutamaan bagi mereka yang menjalankannya. Berikut keutamaan puasa Ayyamul Bidh.
1. Pahala Besar
Berdasarkan hadis riwayat Bukhari-Muslim, barang siapa yang menjalankan puasa tiga hari ayyamul bidh, maka sama dengan puasa selama sebulan.
Sedangkan jika dilakukan setiap bulan, maka sama dengan puasa selama setahun penuh.
“Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang Kaulakukan. Karena itu, maka puasa ayyamul bidh sama dengan berpuasa setahun penuh,” (HR Bukhari-Muslim).
2. Seperti Puasa Putih
Puasa putih yang dimaksud ialah adanya tanda-tanda alam. Biasanya tanggal 13-15 rajab, bulan sedang dalam kondisi penuh atau purnama.
Oleh sebab itu, puasa Ayyamul Bidh disebut puasa putih karena bertepatan dengan kondidi alam ketika bulan sedang terang.
3. Jalankan Sunah
Melakukan puasa Ayyamul Bidh maka secara tidak langsung telah menghidupkan dan menjalankan sunah Rasulullah SAW. Dalam hadis riwayat dari Abu Hurairah RA berkata,
"Rasullullah SAW mewasiatkan padaku tiga nasihat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: (1) berpuasa tiga hari setiap bulannya, (2) mengerjakan salat Dhuha, (3) mengerjakan salat witir sebelum tidur."