Gagal Antisipasi Kerumunan di Tanah Abang, PDIP: Anies Tidak Fokus Urus DKI

"Saya melihat kesan memang fokus Gubernur sedang tidak di DKI, tapi fokus ke yang lain. Seharusnya sewaktu klaster perkantoran naik, sudah harus diantisipasi," ujar Gilbert.

Erick Tanjung | Fakhri Fuadi Muflih
Senin, 03 Mei 2021 | 17:01 WIB
Gagal Antisipasi Kerumunan di Tanah Abang, PDIP: Anies Tidak Fokus Urus DKI
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersama Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya meninjau langsung kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang mulai diserbu warga berbelanja jelang lebaran. (Suara.com/Stephanus Aranditio)

SuaraJakarta.id - Anggota DPRD DKI Jakarta dari PDI Perjuangan, Gilbert Simanjuntak menyayangkan terjadinya kerumunan pada akhir pekan menjelang lebaran di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menurutnya pelanggaran protokol kesehatan ini seharusnya bisa dicegah sedari awal.

Karena itu, Gilber menilai Gubernur Anies Baswedan tidak fokus bekerja menjalankan pemerintahan DKI.

"Saya melihat kesan memang fokus Gubernur sedang tidak di DKI, tapi fokus ke yang lain. Seharusnya sewaktu klaster perkantoran naik, sudah harus diantisipasi," ujar Gilbert saat dikonfirmasi, Senin (3/4/2021).

Epidemiolog dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini juga menyebut berkurangnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan sudah terlihat beberapa waktu belakangan ini. Misalnya seperti di kalangan tenaga pendidik dan meroketnya klaster perkantoran.

Baca Juga:DPRD DKI: Tempat yang Ramai Bukan Cuma di Tanah Abang

Selain itu, sudah menjadi rutinitas kalau Pasar Tanah Abang akan selalu penuh menjelang ramadhan dan lebaran. Melihat dua kondisi itu, Gilbert menilai Anies tidak bisa melakukan pencegahan.

"Jadi sudah harus diantisipasi sejak klaster perkantoran naik. Berjubelnya juga sejak awal sudah terlihat bahwa parkiran tidak sesuai protokol diisi 50 persen dan pengunjung penuh karena yidak diawasi, seharusnya sudah harus ditutup pintu masuk dan parkiran," ujarnya.

Ia menilai kerumunan Tanah Abang sebagai bentuk minimnya pengawasan dari Pemprov DKI. Karena itu agar tak terulang lagi, perlu ada pembatasan dan pemantauan secara ketat di pusat penjualan pakaian terbesar se-Asia Tenggara itu.

"Seharusnya dengan mengamati di dalam pasar pengunjung semakin banyak maka pintu sudah harus ditutup. Lapor ke Polisi kalau tidak mampu," pungkasnya.

Baca Juga:Kerumunan di Pasar Tanah Abang Runtuhkan Jerih Payah Kendalikan Pandemi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak