Zaelani, Dikeroyok Satpam GBK Alami Trauma Sampai Matanya Rusak

Zaelani dikZaelani dikeroyok satpam GBK di tempat vaksinasi, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.eroyok satpam GBK di tempat vaksinasi, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 02 Agustus 2021 | 11:25 WIB
Zaelani, Dikeroyok Satpam GBK Alami Trauma Sampai Matanya Rusak
Sejumlah warga mengantre untuk mencuci tangan sebelum memasuki komplek Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (18/6). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJakarta.id - Zaelani dikeroyok Satpam GBK alami trauma. Bahkan mata Zaelani rusak.

Zaelani dikeroyok satpam GBK di tempat vaksinasi, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

Hal itu disampaikan salah satu tim kuasa hukumnya, Rezekinta Sofrizal Nasution dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pendidikan Indonesia.

Kata Rezekinta, karena dipukul pihak keamanan, Zaelani mengalami luka pada bagian kiri matanya.

Baca Juga:Luka-luka Dikeroyok Satpam Tempat Vaksinasi di GBK, Mata Kiri Zaelani jadi Buram

"Dari lukanya yang dia rasakan penglihatan jadi kurang bagus, agak sedikit enggak jelas di sebelah kirinya," kata Rezekinta saat dihubungi Suara.com, Senin (2/8/2021).

Foto Zaenali, mahasiswa korban pengeroyokan oleh satpam tempat vaksinasi di GBK, Senayan. (Dok. Eka)
Foto Zaenali, mahasiswa korban pengeroyokan oleh satpam tempat vaksinasi di GBK, Senayan. (Dok. Eka)

Selain mengalami gangguan penglihatan korban juga mengalami trauma.

"Pastinya klien kami trauma," ujar Rezekinta.

Seperti diketahui, seorang mahasiswa bernama Zaelani (26) babak belur diduga akibat dikeroyok oleh sejumlah petugas keamanan alias satpam di tempat vaksinasi, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (30/7) lalu.

Anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pendidikan Indonesia, Eka mengaku pihaknya telah melaporkan kasus dugaan penganiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 dan atau Pasal 351 KUHP ini ke Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (31/7) kemarin.

Baca Juga:Mahasiswa Dianiaya saat Minta Surat Vaksin, Zaelani Sempat Ditimpuk Satpam GBK Pakai HT

Para wartawan penerima vaksin Covid-19 saat antre menunggu giliran di kawasan Hall Basket, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (25/2/2021). [Suara.com / Ummi Hadyah Saleh]
Para wartawan penerima vaksin Covid-19 saat antre menunggu giliran di kawasan Hall Basket, Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (25/2/2021). [Suara.com / Ummi Hadyah Saleh]

Laporan tersebut telah teregistrasi dengan Nomor: LP/B/997/VII/2021/SPKT/Polres Metro Jakarta Pusat/Polda Metro Jaya.

Berawal Minta Sertifikat Vaksin Covid-19

Selaku pendamping hukum korban, Eka menuturkan peristiwa dugaan penganiayaan ini berawal ketika Zaelani mendatangani Pos V gerai vaksin di GBK untuk menanyakan sertifikasi vaksin tahap dua yang belum diterimanya.

Dia mendatangi langsung gerai tersebut setelah menghubungi hotline 199 vaksinasi.

"Info dari 119 diarahkan meminta ke tempat di mana korban vaksin kedua yaitu di GBK Pos V," tutur Eka saat dikonfirmasi Suara.com, Minggu (1/8/2021).

Namun, kata Eka, ketika Zaelani mendatangani Pos V petugas keamanan di lokasi justru mengarahkan korban untuk mendatangi Pos II. Padahal, Pos II hanya diperuntukkan bagi pengemudi ojek online alias ojol.

"Korban kembali ke Pos V dan mengonfirmasi kembali, namun respons dari security penjaga Pos V kurang kooperatif dan cenderung memperumit. Terjadilah argumentasi antara korban dan security," bebernya.

Di saat bersamaan, lanjut Eka, enam orang satpom lalu mengerubungi Zaelani. Sampai akhirnya terjadi pemukulan.

Seorang warga menghabiskan waktinya dengan membaca buku di area Hutan Kota Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sekatan, Minggu (23/8). [Suara.com/Alfian Winanto]
Seorang warga menghabiskan waktinya dengan membaca buku di area Hutan Kota Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sekatan, Minggu (23/8). [Suara.com/Alfian Winanto]

"Pemukulan terjadi oleh security kepada korban, tanpa korban memulai melakukan penyerangan sama sekali," ungkapnya.

"Korban sempat lari, dan dikejar dan dibawa ke pos," imbuhnya.

Tak henti di situ, Eka mengungkapkan korban sempat diintimidasi untuk tidak melaporkan kasus ini ke aparat kepolisian.

"Ada intimidasi di pos untuk melakukan penandatanganan surat damai, dan korban pun menuruti permintaan tersebut karena dalam tekanan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak