SuaraJakarta.id - Pramubakti MTsN 19, Pondok Labu, bernama Sriyatini (46), menceritakan kesaksiannya menjelang tembok di sekolah roboh dan merenggut nyawa tiga siswa, siang tadi.
Ketika hujan turun dengan deras, dia melihat air masuk ke lingkungan sekolah, kepala sekolah saat itu masih berada di ruang kerja.
“Kami selamatkan kepsek karena dia nggak tahu air bah ke ruang dia deras, kami rusak pintu juga. Kami OB berusaha mematahkan pintu terus saya jemput kepsek, air sudah sedada,” kata Sriyatini.
Saat itu, Sriyatini juga melihat beberapa siswa, termasuk yang belakangan meninggal dunia, sedang bermain.
Sriyatini mengatakan beberapa siswa yang bermain itu sebenarnya sudah dilarang.
"Begitu guru piket bilang anak-anak jangan berenang, saya tinggal ke ruang TU karena saya menyelamatkan barang di TU, air baru sedengkul," kata Sriyatini.
"Setelah saya selamatkan sepatu, tisu diselamatkan dan begitu air bah langsung gitu, kaca pecah dan seperti di bawah kaki seperti terjadi gempa," Sriyatini menambahkan.
Dia mendengar sejumlah guru mengucapkan takbir. "Sangat trauma ya, saya rasa sendiri suara retakan kaca seperti gempa, sampai kami dan guru ucap Allahuakbar."
Tidak lama kemudian muncul laporan tiga siswa meninggal dunia dan beberapa orang lainnya terluka.
Baca Juga:Puslabfor Polri Terlibat Olah TKP Ambruknya Tembok di MTsN 19 Pondok Labu
Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan hujan deras mengakibatkan air gorong-gorong meluap ke MTsN 19.
Tiga siswa yang meninggal dunia dan yang terluka tadinya sedang bermain di area taman sekolah, mereka tertimpa tembok yang roboh.