SuaraJakarta.id - Harga rumah turun karena pandemi corona. Sebab daya beli masyarakat pun turun.
Salah satu harga rumah turun ada di kawasan Alam Sutera, Tangerang.
Penurunan itu juga disebabkan banyak pekerja yang di rumah kan ataupun diberhentikan secara massal.
Lainnya, pengurangan harga karena pemberian diskon. Seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa agen properti sebagaimana melansir dari UrbanIndo.com.
Baca Juga:5 Hal yang Mesti Diperhatikan Sebelum Membeli Rumah
Karena kini banyak harga pasaran rumah mewah yang dijual di sejumlah daerah semakin murah serupa dengan kajian Indonesia Property Watch (IPW) yang dirilis pada Agustus 2020 lalu.
Terlebih lagi hal ini juga diakibatkan karena lambatnya kenaikan harga rumah sejak pandemi COVID-19.
Misalnya saja pada beberapa harga properti primer yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Banten telah diskon sekitar 5 persen-10 persen.
Penurunan juga terjadi pada properti sekunder sebanyak 20 persen-30 persen.
Penurunan harga properti termurah di antaranya adalah Alam Sutera, Pluit, Kelapa Gading, dan Pantai Indah Kapuk yang mengalami penurunan harga properti hingga 30 persen.
Sementara untuk kawasan perumahan Pondok Indah sendiri itu turun hampir mencapai 50 persen.
Baca Juga:Selain Harga, Berikut 5 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Rumah
Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Eksekutif IPW, Ali Tranghanda.
Lanjutnya jika biasanya tanah di kawasan tersebut dibandrol dengan harga per meternya mencapai 30 juta rupiah ini hanya Rp 15 hingga Rp 17 juta per meter.
"Karena di satu sisi orang butuh uang juga, butuh cashflow. Di sisi lain, ada pembeli yang siap ambil," ujarnya.
Jika dibandingkan antara kuartal kenaikan dan jumlah keluarga urutan penurunan indeks harga properti residensial maka terlihat jelas jika penurunannya jauh lebih tajam dibanding kenaikannya sendiri.
Misalnya pada kuartal pertama di tahun 2020 ini terjadi penurunan jumlah penjualan sekitar 43,19 persen.
Sementara untuk kenaikan yang sendiri pada kuartal pertama di tahun ini hanya berkisar 1,68 persen.
Hal serupa juga terjadi kembali di kuartal kedua tahun ini di mana penurunan terjadi sekitar 25,60 persen. Sementara untuk kenaikan yang sendiri hanya berada di Kisaran angka 1,59 persen.
Sementara itu disampaikan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Real Estate Indonesia (REI), Totok Lusida jika penurunan harga properti sekunder ini juga disebabkan salah satunya karena upaya pasar dalam mengecek harga.
“Yang secondary mungkin ada penurunan. Tapi kadang-kadang dia hanya untuk cek market saja. Kepingin tahu harganya berapa sih,” ujarnya Selasa (22/9/2020).