SuaraJakarta.id - Masjid Al-Muttaqin menjadi salah satu saksi bisu sejarah perjuangan melawan Belanda serta dakwah Islam yang dilakukan oleh Raden Aria Wangsakara.
Raden Aria Wangsakara, merupakan satu dari tiga Aria yang menjadi tonggak awal berdirinya Tangerang, yang dulu berpusat di Kabupaten Tangerang.
Ketiganya yaitu, Raden Aria Wangsakara, Raden Aria Yudhanegara, dan Raden Aria Jaya Santika.
Masjid Jami Al-Muttaqin terletak di pemukiman padat penduduk di Kampung Lengkong Kyai atau Lengkong Ulama, Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
Baca Juga:Kesiapan Penyekatan Mudik Lebaran di Tangerang Capai 90 Persen
Dulu, wilayah tersebut hutan belantara dan menjadi tempat perlindungan Pangeran Aria Wangsakara melawan penjajah VOC Belanda, sekaligus babad alas menyebarkan agama Islam di sana.
Raden Aria Wangsakara merupakan keturunan Raja Sumedang Larang Sultan Syarif Abdulrohman. Lalu menikah sekaligus menetap dengan istrinya Nyi Mas Nurmala, seorang anak Bupati Karawang Singaprabangsa.
Keduanya kemudian memiliki pengikut sekira 500 orang yang menjadi cikal bakal warga di Lengkong Ulama saat ini.
Sebarkan Islam dan Usir Penjajah
Tonggak awal penyebaran Islam di wilayah itu dengan dibangunnya Masjid Al-Muttaqin.
Baca Juga:Megah dan Uniknya Masjid Asmaul Husna Tangerang, Diarsiteki Ridwan Kamil
Saat pertama kali dibangun, bangunan masjid masih sederhana. Bangunannya didominasi kayu, atapnya menggunakan genteng dan sebagian temboknya hanya memakai bilik anyaman bambu.
Ketua DKM Masjid Jami Al-Muttaqin, H Ahmad Basri mengatakan, masjid tersebut dibangun oleh Raden Aria Wangsakara untuk menyebarkan agama Islam dan mengusir penjajah.
"Masjid ini pertama kali dibangun oleh Raden Aria Wangsakara. Selain jadi tempat persembunyian, juga menjadi tempat penyebaran agama Islam," katanya bercerita.
Masjid Al-Muttaqin, lanjut dia, memiliki luas lahan 515 meter dengan luas bangunan 300 meter.
Masjid itu pun menjadi saksi perjuangan Raden Aria Wangsakara memimpin pasukan mewakili Kesultanan Banten melakukan perlawanan perebutan wilayah di Tangerang terhadap VOC Belanda.
Dengan semangat perjuangan selama tujuh bulan berturut-turut, Raden Aria Wangsakara berhasil memukul mundur VOC Belanda.
"Berkat perjuangan beliau mempertahankan wilayah dan menyebarkan agama Islam di sini. Akhirnya dulu di kenal sebagai daerah santri. Tapi sekarang sudah sedikit pesantrennya," ungkap Basri.
Nyaris Dibongkar Pengembang
Kakek 71 tahun itu menuturkan, Masjid Al-Muttaqin Tangerang pernah terancam rata oleh pembangunan yang dilakukan pengembang.
Beruntungnya, rencana itu gagal lantaran wilayah itu dijadikan cagar budaya berupa taman makam pahlawan yang merupakan makam dari Raden Aria Wangsakara. Serta para keluarga dan para kiai yang berdakwah di Pagedangan.
Basri menuturkan, Raden Aria Wangsakara wafat pada 1681, diusia sekitar 66 tahun. Setelah itu, sejumlah tokoh ulama pun berdatangan untuk melanjutkan menyebarkan agama Islam di Lengkong Kiyai.
Sejumlah tokoh yang dia ingat yakni Syeikh Mustaqim, Mohammad Natsir, dam Syeikh Azhari.
Salah satu diantaranya, bahkan sempat berperang melawan VOC Belanda hingga ditembaki. Tetapi, pelurunya tak tembus.
"Waktu penyerbuan Belanda ke sini pada sembunyi. Ada yang ditembak-tembak tapi nggak luka. Kebal. Bekasnya penembakan ada di tembok masjid, tapi sayang sekarang sudah tidak ada setelah direnovasi," paparnya.
Saat ini, Masjid Al-Muttaqin Tangerang memiliki dua lantai dan digunakan warga di tiga RT. Warna masjidnya khas berwarna cokelat muda dan cream. Ada kubah besar di atasnya dan satu menara setinggi sekira 22 meter.
Saat Ramadhan, Masjid Al-Muttaqin ramai dengan berbagai kegiatan. Seperti tadarus, nuzulul quran, dan pengajian sore serta buka bersama.
Kontributor : Wivy Hikmatullah