SuaraJakarta.id - Bagaimana kondisi bisnis properti zaman now (saat ini)? Bila pertanyaan ini ditanyakan ke para pelaku bisnis properti, termasuk para pembeli properti, para penjual properti, dan para investor properti, pasti jawabannya akan seragam, “Lesu”
Nah, apakah ini saat yang tepat untuk menghindari investasi properti? Atau malah sebaliknya, ini adalah saat yang tepat untuk berinvestasi properti?
Properti sebagai salah satu instrumen investasi penghasil passive income terbaik, mempunyai siklus. Siklus ini biasanya berkaitan dengan kondisi ekonomi setempat dan dunia.
Saat ekonomi sedang lesu, maka pasar & bisnis properti akan lesu, karena daya beli turun, otomatis permintaan properti juga menurun, sementara supply properti tetap mengalir ke pasar. Karena pembangunan properti memerlukan waktu, dan sering terjadi, krisis ekonomi dimulai mendadak, sehingga banyak jenis properti yang mulai dibangun saat ekonomi bagus, baru selesai dan siap dipasarkan saat ekonomi sudah lesu.
Baca Juga:Tahun 2022 Jadi Momen Tepat IPO, Emiten Properti dan Transportasi Diprediksi Moncer
Demikian juga sebaliknya. Kondisi ekonomi yang tidak terduga, tiba-tiba bisa membaik dengan cepat, dan karena saat ekonomi lesu, para pebisnis properti mengurangi pembangunan, maka saat ekonomi membaik dengan cepat, pasar properti kekurangan supply properti, dan harga menjadi naik dengan cepat.
Karena itu, biasanya para investor properti kawakan, malah memilih berinvestasi saat kondisi seperti hari ini, yaitu saat properti lesu, banyak orang yang ingin menjual properti, sementara pembeli sedikit, sehingga otomatis harga menjadi murah, dan ditentukan oleh pembeli.
Kondisi ini disebut Buyer Market, yaitu pasar / harga properti ditentukan oleh pembeli, yang biasa-nya pembeli maunya semurah mungkin.
Bagaimana bila lesunya properti ini berkelanjutan? Apakah investasi properti jaman now akan rugi?
Biasanya para pembeli properti yang beramai-ramai membeli properti-properti murah tersebut, adalah investor yang mendapatkan keuntungan, bukan dari jual beli properti.
Baca Juga:Tahun Ini Industri Properti Bakal Diselamatkan Generasi Milenial, Kok Bisa?
Tapi investor-investor ini mendapat keuntungan investasi properti-nya dari passive income yang dihasilkan oleh properti tersebut, sehingga walaupun harga properti tidak naik, mereka tidak keberatan.
Profit yang mereka dapatkan dari investasi properti adalah dari Passive income yang dihasilkan properti tersebut, misal disewakan, atau digunakan untuk bisnis yang sistematis, ataupun sistem bagi hasil, yang hanya membutuhkan sedikit campur tangan investor.
Misal, membeli properti dengan harga miring, kemudian mendirikan minimarket waralaba di atasnya. Maka minimarket waralaba tersebut akan menghasilkan passive income ke investor properti tersebut. Dan karena dibeli dengan harga miring, maka tingkat pengembalian investasi (ROI adalah = Return On Investment), menjadi lebih tinggi dari biasanya.
Apalagi ketika nanti kondisi ekonomi membaik, maka profit toko menjadi lebih tinggi, ROI otomatis menjadi lebih tinggi lagi, dan biasanya... harga properti ikut melesat seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi.
Saat bisnis properti sedang lesu seperti hari-hari ini, juga waktu yang tepat untuk investor-investor properti pemula berinvestasi, karena risiko menurun seiring dengan turunnya modal yang harus dikeluarkan untuk membeli properti.
Apalagi dengan kondisi ekonomi yang lesu, bank dan lembaga pembiayaan kekurangan nasabah yang ingin berekspansi bisnis dan mengambil pinjamannya. Akibatnya bank dan lembaga pembiayaan mendapat banyak nasabah yang menyimpan uang di bank, tapi jarang nasabah yg ingin ekspansi.
- 1
- 2