- Tunnel Vision
Pengemudi emosional cenderung hanya fokus pada objek kemarahannya (misalnya, mobil yang memotongnya) dan mengabaikan lingkungan sekitar, seperti pejalan kaki atau motor di sisi lain.
- Pengambilan Risiko Impulsif
Tancap gas, menyalip secara serampangan, atau mengerem mendadak menjadi perilaku yang umum dilakukan.
Baca Juga:Kesehatan Mental: 7 Kiat Menghadapi Rasa Kecewa saat Harapan Tak Sesuai Kenyataan
- Penurunan Kemampuan Motorik Halus
Koordinasi antara mata, tangan, dan kaki menjadi kacau, membuat reaksi menjadi tidak akurat.
Perspektif Pakar Transportasi: Emosi Sebagai Faktor Kecelakaan
Ancaman ini bukan hanya teori psikologis, melainkan fakta yang tercermin dalam data kecelakaan.
“Dalam analisis kecelakaan, human error atau kesalahan manusia selalu menjadi faktor dominan. Dan 'kesalahan manusia' itu tidak hanya soal mengantuk atau tidak terampil, tapi juga kondisi emosional pengemudi,” tegas Budi Santoso seorang Pengamat Transportasi dan Keselamatan Jalan.
Baca Juga:Bongkar Muat Biang Kerok Macet Parah di Tanjung Priok! Polisi Siapkan Jalur Alternatif
Menurutnya, perilaku mengemudi agresif atau aggressive driving—yang merupakan manifestasi dari emosi tidak stabil—menjadi kontributor utama banyak insiden di jalan.
“Tailgating (menempel terlalu dekat), kebut-kebutan, manuver zig-zag, itu semua adalah buah dari emosi yang tidak terkendali. Satu pengemudi emosional bisa menciptakan efek domino kecelakaan di jalan raya. Ia mungkin selamat, tapi aksinya bisa menyebabkan tabrakan beruntun di belakangnya,”.
Ir. Budi juga menekankan bahwa infrastruktur secanggih apa pun tidak akan ada artinya jika pengemudinya tidak memiliki kesiapan mental dan emosional untuk berkendara. "Jalan tol yang mulus bisa menjadi arena balap maut jika pengemudinya menjadikan setir sebagai pelampiasan stres," tutupnya.
Tips Mendinginkan Kepala: Cara Menjinakkan ‘Monster’ di Dalam Diri
Mengelola emosi adalah keterampilan yang wajib dimiliki setiap pengendara. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang bisa Anda lakukan saat merasa "panas" di jalan:
Sadar dan Akui: Langkah pertama adalah menyadari bahwa Anda sedang emosi. Kenali tanda-tandanya: jantung berdebar, napas memburu, tangan berkeringat, atau keinginan untuk mengumpat.