SuaraJakarta.id - Rocky Gerung merasa ada ketidakadilan terhadap orang Islam dengan stigma radikalisme. Hal ini dia ungkap saat Rocky datang ke Pesantren Abu Bakar Ba'asyir dan berdiskusi di sana.
Kisah Rocky Gerung itu diceritakan di akun Youtube Titi Widoretno Warisman alias Neno Warisman.
Kala itu, Rocky mendatangi Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Solo, Jawa Tengah untuk mengisi sebuah kuliah umum kepada para santrinya.
Meski pemiliknya tersandung kasus terorisme dan hingga kini masih menjalani hukuman sebagai narapidana, menurut Rocky, tidak ada nuansa radikalisme seperti kesan yang selama tertanam pada diri Abu Bakar Ba’asyir.
Baca Juga:Rocky Gerung Cerita Masuk Pesantren Abu Bakar Baasyir: Tidak Radikal
Kini Abu Bakar Ba'asyir masih di tahan karena divonis 15 tahun penjara atas tuduhan membidani satu cabang Al Qaida di Aceh.
Ba'asyir dijatuhi hukuman penjara 15 tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan setelah dinyatakan terlibat dalam pendanaan latihan teroris di Aceh dan mendukung terorisme di Indonesia.
Rocky merasakan adanya ketidakadilan terhadap umat Islam di tanah air yang seakan-akan dibuat kontras antara Pancasila dan agama Islam. Anggapan semacam inilah yang menurut dia bahaya jika terus dipertahankan.
"Saya merasakan ketidakadilan terhadap orang Islam, karena seolah-olah ada kontras antara Pancasila dan Islam, dan itu berbahaya sebetulnya," ujar Rocky.
Salah satu ketidakadilan terhadap umat Islam dalam bernegara adalah ketika aksi 212 pecah. Meski sedang menuntut ketidakadilan terhadap umat Islam di tanah air, anehnya aksi-aksi tersebut jurstru sepi dari pemberitaan.
Baca Juga:Kunjungi Pesantren Abu Bakar Baasyir, Rocky Gerung: Saya Diterima di Situ
“Dimulai dari 212 itu yang begitu berniat untuk menuntut ketidakadilan, tapi bahkan diberitakan pun tidak kan.” ujarnya.
Walaupun kerap dinilai dekat dengan tokoh pendukung aksi 212, ia menegaskan bahwa dirinya bukanlah pendukung 212, melainkan hanya sosok pengamat politk yang mendukung hak rakyat.
"Jadi kalau dibilang saya pro 212. nggak, saya bukan pro 212. Saya pro hak rakyat untuk tahu apa itu 212," tegasnya.
Selain itu, Rocky juga sempat menyinggung sejarah lahirnya dasar negara Pancasila.
Pandangan Rocky Gerung, keberadaan Pancasila tak lepas dari peran umat Islam yang rela mengganti beberapa kalimat yang terdapat pada sila pertama.
"Saya mau ingatkan bahwa sejarah republik ini berbasis pada moslem politics. Kan Pancasila itu 22 Juni ada Piagam Jakarta yang bunyi sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa Dengan Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya," tutur Rocky.
“Lalu karena kelegaan hati moslem society yang mayoritas, mereka bahkan mau mendunda atau bahkan menghapus 7 kalimat terakhir hingga menyisakan Ketuhanan Yang Maha Esa itu,” sambungnya.