Masih Ada Masyarakat Tolak Pelacakan Kontak, Ini Kata Satgas Covid-19

Ketua Satgas Covid-19 angkat bicara terkait masih maraknya masyarakat yang menolak pelacakan kontak pasien, Apa katanya?

M. Reza Sulaiman | Lilis Varwati
Minggu, 22 November 2020 | 16:30 WIB
Masih Ada Masyarakat Tolak Pelacakan Kontak, Ini Kata Satgas Covid-19
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 sekaligus Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo memberikan keterangan pers di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta, Minggu (15/11/2020).

SuaraJakarta.id - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 angkat bicara terkait masih maraknya masyarakat yang menolak pelacakan kontak pasien. Apa katanya?

Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo menyampaikan bahwa tes swab dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona yang semakin meningkat.

Oleh sebab itu, Doni mengingatkan agar masyarakat jangan menolak jika petugas kesehatan melakukan pelacakan kontak terhadap orang-orang terdekat dari pasien Covid-19.

"Tenaga kesehatan hendak memastikan gejala sakit dikenali lebih awal dan demikian juga dengan riwayat kontak pasien. Semakin cepat diketahui, penularan lebih luas bisa dicegah karena memang mayoritas penderita Covid-19 adalah orang tanpa gejala," kata Doni melalui keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Minggu (22/11/2020).

Baca Juga:Simak! Cara Memastikan Apakah Kelelahan akibat Covid-19 atau Bukan

Menurut Doni, yang paling krusial saat ini adalah memperkecil risiko kematian akibat Covid-19 dengan menjaga agar pasien tidak berpindah fase atau kategori sakit. Juga sedapat mungkin tetap dengan gejala ringan sehingga lebih mudah disembuhkan.

“Ini adalah prioritas dokter dan tenaga kesehatan sekarang. Apalagi dalam seminggu terakhir tingkat penularan cenderung meningkat," ucapnya.

Data yang dihimpun Satgas Penanganan Covid-19 dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta ditemukan bahwa pasien dengan kategori ringan memiliki risiko kematian nol persen.

Sedangkan pasien dengan kondisi medis sedang mencapai 2,6 persen, pasien kategori berat 5,5 persen dan pasien kategori kritis memiliki risiko kematian 67,4 persen.

Kategori kritis merupakan pasien dengan komplikasi infeksi berat yang mengancam kematian, seperti pneumonia berat serta gagal oksigenasi dan ventilasi.

Baca Juga:Candaan Rocky Gerung Soroti TNI Turunkan Baliho Habib Rizieq

Tak sedikit pasien memasuki fase kritis karena sebelumnya memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, ginjal, dan gangguan paru.

Doni menambahkan salah satu cara memutus mata rantai penularan dengan melakukan pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan yang tepat kepada pasien Covid-19.

Namun, pemeriksaan dan pelacakan juga tidak mudah dilakukan karena masih terjadi penolakan di masyarakat.

Dia menduga fenomena ini terjadi karena masih ada stigma negatif bagi penderita Covid-19 dan masyarakat takut didiagnosis tertular.

"Padahal, masyarakat tak perlu takut karena mayoritas penderita Covid-19 sembuh. Di Indonesia sekarang angka kesembuhan telah menembus 83,9 persen dari kasus aktif, jauh di atas kesembuhan dunia yang di level 69 persen," katanya.

Satgas Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Daerah menurunkan lebih dari 5.000 relawan pelacak kontak untuk melakukan deteksi awal penularan di 10 prioritas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini